Jalan Perdamaian

Jumat, 26 Februari 2021 – Hari Biasa Pekan I Prapaskah

87

Matius 5:20-26

“Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar daripada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga.

Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala.

Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu.

Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama dengan dia di tengah jalan, supaya lawanmu itu jangan menyerahkan engkau kepada hakim dan hakim itu menyerahkan engkau kepada pembantunya dan engkau dilemparkan ke dalam penjara. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas.”

***

Bacaan Injil hari ini menyatakan bagaimana hidup keagamaan seseorang menjadi jalan bagi orang itu untuk masuk ke dalam Kerajaan Surga. Gambaran hidup keagamaan kita yang menunjukkan relasi kita dengan Allah ternyata tampak dalam relasi kita dengan sesama.

Ketika kita beribadah kepada Tuhan, kita juga harus menjalin relasi dengan sesama supaya ibadah kita sepenuhnya menjadi gambaran relasi manusia dengan sang Pencipta. Berdoa banyak-banyak tetapi melupakan orang lain sungguh tidak memadai. Justru ketika melakukan tindakan keagamaan yang tertuju kepada Allah, pada saat yang sama kita harus melakukan kebaikan terhadap sesama.

Kebaikan yang dimaksud terwujud dalam tindakan-tindakan yang menghargai hidup orang lain, yaitu tidak membunuh, tidak mengatakan hal-hal yang jahat dan menyakitkan, serta tidak merugikan sesama. Bahkan dalam peribadatan pun, kita harus berdamai terlebih dahulu dengan saudara, baru kemudian memberikan persembahan. Selain itu, kita juga harus berdamai dengan musuh-musuh kita. Demikianlah, apabila ingin mempunyai relasi yang baik dengan Allah, kita harus berjuang memperbaiki hubungan dengan saudara-saudari di sekitar kita.

Jangan biarkan permusuhan menjerat kita. Permusuhan hanya akan membuat kita tenggelam dalam rasa marah, jauh dari kehidupan yang damai. Yang perlu kita lakukan adalah terus berusaha untuk berdamai, mengampuni, mengasihi, dan peduli. Berdamai dengan sesama berarti berdamai dengan Allah sendiri.