Jalan Menuju Penyembuhan

Kamis, 11 Maret 2021 – Hari Biasa Pekan III Prapaskah

193

Lukas 11:14-23

Pada suatu kali Yesus mengusir dari seorang suatu setan yang membisukan. Ketika setan itu keluar, orang bisu itu dapat berkata-kata. Maka heranlah orang banyak. Tetapi ada di antara mereka yang berkata: “Ia mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, penghulu setan.” Ada pula yang meminta suatu tanda dari surga kepada-Nya, untuk mencobai Dia. Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka lalu berkata: “Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa, dan setiap rumah tangga yang terpecah-pecah, pasti runtuh. Jikalau Iblis itu juga terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri, bagaimanakah kerajaannya dapat bertahan? Sebab kamu berkata, bahwa Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul. Jadi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, dengan kuasa apakah pengikut-pengikutmu mengusirnya? Sebab itu merekalah yang akan menjadi hakimmu. Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu. Apabila seorang yang kuat dan yang lengkap bersenjata menjaga rumahnya sendiri, maka amanlah segala miliknya. Tetapi jika seorang yang lebih kuat darinya menyerang dan mengalahkannya, maka orang itu akan merampas perlengkapan senjata, yang diandalkannya, dan akan membagi-bagikan rampasannya.

Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan.”

***

Yesus mengajak kita untuk bersama-Nya. Ia mengajak kita untuk mengikuti-Nya meniti jalan perendahan diri-Nya. “Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan” (Luk. 14:11). “Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya” (Mrk. 8:35). “Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Surga” (Mat. 18:4). “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku” (Mrk. 8:34).

Itulah jalan Yesus dan Ia memanggil murid-murid-Nya untuk mengikuti jalan tersebut. Itulah jalan yang mula-mula menakutkan, atau setidaknya membuat kita tidak tenang. Siapa yang mau menjadi hina? Siapa yang ingin kehilangan hidupnya, menjadi miskin, berdukacita, dan lapar? Semuanya itu tampaknya bertentangan dengan kecenderungan-kecenderungan diri kita. Namun, ketika kita melihat bahwa Yesus mewahyukan kepada kita Allah yang pada hakikatnya murah hati dalam gerak turun yang radikal, mengertilah kita bahwa mengikuti-Nya berarti mengambil bagian dalam pewahyuan diri Allah yang masih berlangsung.

Yesus menyatakan kepada kita rahasia agung jalan perendahan. Jalan itu adalah jalan penderitaan, tetapi sekaligus jalan menuju penyembuhan. Itu adalah jalan penghampaan, tetapi juga merupakan jalan menuju kebangkitan. Itu adalah jalan yang akan mendatangkan air mata, tetapi air mata yang akan menjadi air mata kehahagiaan. Jalan itu tersembunyi, tetapi juga merupakan jalan yang menuju cahaya yang akan mererangi semua orang. Itulah jalan yang akan membawa kita untuk mengenal cinta Allah yang penuh.

Diolah dari Henri Nouwen, Tuhan Tuntunlah Aku (Yogyakarta: Kanisius, 1994).