Perlunya Memiliki Harapan

Sabtu, 24 April 2021 – Hari Biasa Pekan III Paskah

85

Yohanes 6:60-69

Sesudah mendengar semuanya itu banyak dari murid-murid Yesus yang berkata: “Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya?” Yesus yang di dalam hati-Nya tahu, bahwa murid-murid-Nya bersungut-sungut tentang hal itu, berkata kepada mereka: “Adakah perkataan itu menggoncangkan imanmu? Dan bagaimanakah, jikalau kamu melihat Anak Manusia naik ke tempat di mana Ia sebelumnya berada? Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup. Tetapi di antaramu ada yang tidak percaya.” Sebab Yesus tahu dari semula, siapa yang tidak percaya dan siapa yang akan menyerahkan Dia. Lalu Ia berkata: “Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorang pun dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya.” Mulai dari waktu itu banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia.

Maka kata Yesus kepada kedua belas murid-Nya: “Apakah kamu tidak mau pergi juga?” Jawab Simon Petrus kepada-Nya: “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal; dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah.”

***

Yesus menantang kedua belas murid-Nya untuk memilih: Setia mengikuti-Nya atau mengundurkan diri seperti banyak murid yang lain. Tanggapan Petrus menarik untuk diperhatikan. Ia mengatakan, “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal; dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah.” Inilah tanggapan seorang yang memiliki iman mendalam, sehingga tidak goyah diterpa berbagai tantangan dan godaan duniawi. Petrus tidak mau meninggalkan Yesus karena percaya kepada-Nya. Sikapnya ini menjadi teladan bagi murid-murid yang lain, juga bagi kita.

Kepercayaan Petrus terangkum dalam keyakinan bahwa sabda Yesus mampu mengalahkan segala kesulitan hidup. Sabda Yesus adalah jalan hidup, bukan sebatas bekal ataupun pendukung. Walaupun terkesan sulit dan keras, sabda Yesus merupakan jalan satu-satunya menuju keselamatan kekal. Tidak ada jalan lain yang memberikan keselamatan kekal, selain sabda Yesus. Dengan berpegang teguh pada sabda-Nya, hidup kita akan digerakkan oleh Roh yang menuntun kita pada jalan yang diinginkan Tuhan. 

Banyak orang memotivasi diri dengan kutipan-kutipan dari Kitab Suci. Hal itu baik, tetapi semoga kutipan-kutipan tersebut tidak hanya memunculkan optimisme saja, tetapi juga mampu melahirkan harapan. Mengapa demikian? Optimisme lahir dari akal budi manusia. Jika target yang diinginkan tidak tercapai, sikap optimis itu seketika akan lenyap. Yang tersisa dalam diri seseorang hanyalah rasa kecewa, putus asa, bahkan sikap menyerah.

Sementara itu, harapan lebih bernuansa rohani. Harapan menandakan adanya kepercayaan seseorang terhadap prakarsa Allah, sehingga orientasi orang itu selalu tertuju kepada keselamatan kekal dan kebahagiaan surgawi. Harapan tidak akan memandulkan semangat hidup seseorang karena selalu diperbarui. Karena itu, dengan mengakrabi sabda-sabda Tuhan dalam Kitab Suci, semoga kita mampu merasakan keselamatan kekal meskipun masih menjalani hidup di dunia ini. Semoga iman kita tetap teguh, semoga relasi kita dengan Tuhan tetap terpelihara, dan semoga hidup kita semakin berbuah bagi banyak orang.