Langkah Kecil dalam Berbuat Baik

Minggu, 25 Juli 2021 – Hari Minggu Biasa XVII

89

Yohanes 6:1-15

Sesudah itu Yesus berangkat ke seberang danau Galilea, yaitu danau Tiberias. Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia, karena mereka melihat mujizat-mujizat penyembuhan, yang diadakan-Nya terhadap orang-orang sakit. Dan Yesus naik ke atas gunung dan duduk di situ dengan murid-murid-Nya. Dan Paskah, hari raya orang Yahudi, sudah dekat. Ketika Yesus memandang sekeliling-Nya dan melihat, bahwa orang banyak berbondong-bondong datang kepada-Nya, berkatalah Ia kepada Filipus: “Di manakah kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan?” Hal itu dikatakan-Nya untuk mencobai dia, sebab Ia sendiri tahu, apa yang hendak dilakukan-Nya. Jawab Filipus kepada-Nya: “Roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka ini, sekalipun masing-masing mendapat sepotong kecil saja.” Seorang dari murid-murid-Nya, yaitu Andreas, saudara Simon Petrus, berkata kepada-Nya: “Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?” Kata Yesus: “Suruhlah orang-orang itu duduk.” Adapun di tempat itu banyak rumput. Maka duduklah orang-orang itu, kira-kira lima ribu laki-laki banyaknya. Lalu Yesus mengambil roti itu, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka yang duduk di situ, demikian juga dibuat-Nya dengan ikan-ikan itu, sebanyak yang mereka kehendaki. Dan setelah mereka kenyang Ia berkata kepada murid-murid-Nya: “Kumpulkanlah potongan-potongan yang lebih supaya tidak ada yang terbuang.” Maka mereka pun mengumpulkannya, dan mengisi dua belas bakul penuh dengan potongan-potongan dari kelima roti jelai yang lebih setelah orang makan. Ketika orang-orang itu melihat mujizat yang telah diadakan-Nya, mereka berkata: “Dia ini adalah benar-benar Nabi yang akan datang ke dalam dunia.”

Karena Yesus tahu, bahwa mereka hendak datang dan hendak membawa Dia dengan paksa untuk menjadikan Dia raja, Ia menyingkir pula ke gunung, seorang diri.

***

Dalam Injil Yohanes, mukjizat penggandaan roti dan ikan merupakan titik tolak serta persiapan bagi wejangan Yesus tentang roti kehidupan. Peristiwa ini dikisahkan terjadi di sebuah gunung, di seberang Danau Galilea, tidak lama sebelum hari raya Paskah. Mempertimbangkan petunjuk waktu tersebut, penulis Injil Yohanes kiranya hendak mengaitkan peristiwa ini dengan turunnya manna yang disebut “roti dari surga”, serta hendak mengaitkan pula Yesus dengan Musa. Karena Musa, Allah dahulu berkenan memberi Israel manna di padang gurun. Umat Allah pada masa Yesus mengalaminya juga, dan yang dilakukan Yesus ini lebih besar dari tindakan Musa!

Begitu melihat ribuan orang ada di depan-Nya, Yesus memutuskan untuk memberi mereka makan. Tidak terjadi situasi darurat di sini ataupun desakan dari para murid. Dalam Injil Yohanes, mukjizat ini terjadi semata-mata karena inisiatif Yesus, yang ingin mempersiapkan orang banyak untuk menerima-Nya sebagai roti kehidupan. Yesus sungguh tahu apa yang harus Ia lakukan. Karena itu, mengabaikan keraguan murid-murid-Nya, Ia memerintahkan mereka untuk menyuruh orang banyak itu duduk. Ia lalu mengucap syukur atas roti dan ikan yang tadinya dianggap tidak berguna oleh salah seorang murid karena jumlahnya yang sedikit. Berkat Yesus, kekurangan berubah menjadi kelimpahan. Semua orang akhirnya kenyang, bahkan ada kelebihan roti yang melimpah ruah sampai dua belas bakul penuh.

Dengan memberi roti dan ikan, Yesus menjamin terpenuhinya kebutuhan pokok orang banyak itu, sehingga mereka tidak binasa. Alih-alih makanan biasa, roti itu sebenarnya melambangkan diri Yesus sendiri. Dialah roti kehidupan. Dia memberikan diri-Nya bagi manusia, sehingga mereka yang menyantap-Nya, mereka yang percaya kepada-Nya, akan masuk ke dalam kehidupan kekal. Permintaan Yesus kepada para murid untuk mengumpulkan makanan yang berlebih menunjukkan bahwa Ia tidak akan membiarkan seorang pun terbuang. Jadi, selain memenuhi kebutuhan jasmani orang banyak itu, Yesus ternyata juga memuaskan kebutuhan rohani mereka.

Kisah mukjizat ini sungguh bermakna bagi murid-murid Yesus masa kini yang diutus untuk aktif mewartakan kabar baik. Pandemi yang masih berlangsung hingga sekarang menyajikan tantangan yang riil bagi kita. Banyak orang jatuh sakit, banyak pula yang meninggal. Masyarakat terus dicekam oleh kecemasan, ketakutan, dan ketidakpastian. Di sekeliling kita, mulai banyak yang kehilangan pekerjaan, tidak punya penghasilan, hingga akhirnya hanya bisa menahan lapar karena tidak mempunyai uang untuk membeli makanan.

Keselamatan dari Tuhan harus terwujud secara konkret dalam kehidupan ini. Karena itu, melihat situasi yang memprihatinkan di sekitar kita, jangan sampai kita diam membisu, menutup mata, dan bersikap masa bodoh. Inilah saat bagi kita untuk berbuat sesuatu, untuk mewujudkan secara nyata ajaran tentang kepedulian, cinta kasih, semangat berbagi, kerelaan berkorban, dan lain sebagainya. Kita mungkin terlalu kecil untuk berhadapan dengan masalah sebesar ini. Meskipun begitu, kalau kita bersedia mengambil langkah kecil dalam berbuat baik, kiranya Tuhan akan memberkati dan melipatgandakannya, sehingga yang kecil bagi kita ternyata pada akhirnya berdampak besar bagi banyak orang.