Ikan yang Baik dan Ikan yang Tidak Baik

Kamis, 29 Juli 2021 – Peringatan Wajib Santa Marta

157

Matius 13:47-53

“Demikian pula hal Kerajaan Surga itu seumpama pukat yang dilabuhkan di laut, lalu mengumpulkan berbagai-bagai jenis ikan. Setelah penuh, pukat itu pun diseret orang ke pantai, lalu duduklah mereka dan mengumpulkan ikan yang baik ke dalam pasu dan ikan yang tidak baik mereka buang. Demikianlah juga pada akhir zaman: Malaikat-malaikat akan datang memisahkan orang jahat dari orang benar, lalu mencampakkan orang jahat ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi.

Mengertikah kamu semuanya itu?” Mereka menjawab: “Ya, kami mengerti.” Maka berkatalah Yesus kepada mereka: “Karena itu setiap ahli Taurat yang menerima pelajaran dari hal Kerajaan Surga itu seumpama tuan rumah yang mengeluarkan harta yang baru dan yang lama dari perbendaharaannya.”

Setelah Yesus selesai menceriterakan perumpamaan-perumpamaan itu, Ia pun pergi dari situ.

***

Hari ini Yesus kembali mengemukakan dua perumpamaan pendek, yang juga sama-sama berbicara tentang Kerajaan Surga. Perumpamaan pertama berkisah tentang pukat yang berhasil mendapatkan banyak ikan. Pukat itu kemudian diseret ke daratan oleh para nelayan, yang selanjutnya memilih ikan-ikan yang ada di dalamnya. Ikan-ikan yang baik akan diambil dan ditempatkan ke dalam tempayan, sedangkan ikan-ikan yang tidak baik akan dibuang. Dengan ini dinyatakan bahwa pada akhir zaman, seluruh manusia akan dikumpulkan di hadapan Allah. Orang-orang benar akan diperkenankan oleh-Nya untuk masuk ke dalam Kerajaan Surga, sedangkan orang-orang berdosa akan dicampakkan ke tempat penghukuman. 

Perumpamaan kedua menampilkan seorang ahli Taurat yang mendengarkan pengajaran tentang Kerajaan Surga. Hukum Taurat dan Kerajaan Surga, keduanya adalah harta yang sangat berharga. Ahli Taurat yang bersedia membuka dirinya bagi pewartaan tentang Kerajaan Surga seumpama orang kaya, di mana setelah mempunyai harta yang lama (yakni Hukum Taurat), ia menjadi semakin kaya lagi karena mendapatkan harta yang baru (yakni Kerajaan Surga). Jadilah ia orang yang memiliki kekayaan berlimpah karena harta yang lama dan harta yang baru itu.

Bersama-sama, kedua perumpamaan itu mengajarkan dua hal kepada kita. Pertama, jadilah pribadi yang baik. Beberapa orang berpikir bahwa menjadi orang baik dan orang jahat sama saja, toh akhirnya sama-sama mati juga. Malah ada juga yang berpikir bahwa menjadi jahat kelihatannya lebih menyenangkan, sebab banyak orang jahat tampaknya hidup sejahtera justru dari hasil korupsi, tindakan curang, dan penindasan terhadap orang lain yang mereka lakukan.

Pikiran-pikiran itu keliru, sekadar menunjukkan manusia-manusia yang melupakan kemanusiaan mereka. Manusia harus menjalani hidupnya secara bertanggung jawab, dan pada saatnya harus mempertanggungjawabkan tindakan-tindakan yang dilakukannya. Karena itu, jadilah ikan yang baik, alih-alih ikan yang tidak baik. Kerajaan Surga hanya terbuka bagi ikan-ikan yang baik, sedangkan ikan-ikan yang tidak baik akan dibuang dan dicampakkan karena pada dirinya sendiri mereka tidak bernilai.

Kedua, jadilah pribadi yang terbuka, pribadi yang mau selalu belajar. Merasa diri sudah dewasa, sudah pintar, dan sudah tahu segalanya, sejumlah orang menutup diri mereka terhadap hal-hal yang baru. Mereka tidak mau lagi membuka telinga, tidak mau lagi belajar, padahal Tuhan setiap saat dan dengan berbagai cara selalu memperkenalkan diri-Nya kepada kita agar kita semakin mengenal-Nya secara mendalam.

Dengan ini, kita diajak untuk selalu membuka hati bagi-Nya dari hari ke hari. Rasakan kehadiran dan sapaan Tuhan dalam setiap peristiwa yang terjadi dalam hidup kita, dan jadilah pribadi yang senantiasa tercerahkan. Kita mungkin sudah pintar, sudah saleh, sudah pula bijaksana, tetapi kalau menutup diri dari-Nya, harta kita akan itu-itu saja dan begitu-begitu saja. Membuka diri bagi Kerajaan Surga akan membuat kita berkembang menjadi pribadi yang semakin dewasa.