Tumbuh sebagai Tanah yang Baik

Sabtu, 18 September 2021 – Hari Biasa Pekan XXIV

198

Lukas 8:4-15

Ketika orang banyak berbondong-bondong datang, yaitu orang-orang yang dari kota ke kota menggabungkan diri pada Yesus, berkatalah Ia dalam suatu perumpamaan: “Adalah seorang penabur keluar untuk menaburkan benihnya. Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu diinjak orang dan burung-burung di udara memakannya sampai habis. Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, dan setelah tumbuh ia menjadi kering karena tidak mendapat air. Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, dan semak itu tumbuh bersama-sama dan menghimpitnya sampai mati. Dan sebagian jatuh di tanah yang baik, dan setelah tumbuh berbuah seratus kali lipat.” Setelah berkata demikian Yesus berseru: “Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!”

Murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya, apa maksud perumpamaan itu. Lalu Ia menjawab: “Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada orang-orang lain hal itu diberitakan dalam perumpamaan, supaya sekalipun memandang, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti. Inilah arti perumpamaan itu: Benih itu ialah firman Allah. Yang jatuh di pinggir jalan itu ialah orang yang telah mendengarnya; kemudian datanglah Iblis lalu mengambil firman itu dari dalam hati mereka, supaya mereka jangan percaya dan diselamatkan. Yang jatuh di tanah yang berbatu-batu itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menerimanya dengan gembira, tetapi mereka itu tidak berakar, mereka percaya sebentar saja dan dalam masa pencobaan mereka murtad. Yang jatuh dalam semak duri ialah orang yang telah mendengar firman itu, dan dalam pertumbuhan selanjutnya mereka terhimpit oleh kekuatiran dan kekayaan dan kenikmatan hidup, sehingga mereka tidak menghasilkan buah yang matang. Yang jatuh di tanah yang baik itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menyimpannya dalam hati yang baik dan mengeluarkan buah dalam ketekunan.”

***

Perumpamaan tentang penabur merupakan bentuk harapan Yesus berkaitan dengan respons orang-orang terhadap warta Kerajaan Surga. Yesus tentu berharap agar setiap orang mampu menjadi lahan yang baik agar siap menerima benih lalu bertumbuh. Disposisi dan kehendak batin sangat menentukan demi semakin suburnya benih itu. Namun, dalam kehidupan ini, tidak semua orang dapat digambarkan sebagai lahan yang baik. Harus kita akui bahwa kita sering kali memiliki terlalu banyak kecemasan, ketakutan, keraguan, ketidakpedulian, dan kebodohan yang menyebabkan kita gagal panen. Kita tumbuh menjadi lahan di pinggir jalan, lahan yang berbatu, dan lahan yang berduri.

Dalam perumpamaan ini, hasil panen yang berlimpah pertama-tama bukan karena kualitas benihnya, melainkan berdasarkan tempat jatuhnya benih itu. Benih sudah bagus, tetapi tanah tempat benih itu tumbuh bermacam-macam. Dengan ini hendak dikatakan bahwa sabda Allah selalu menyelamatkan, hanya terkadang kita yang kurang siap memahami keselamatan itu. Memang tidak mudah untuk mencerna sabda keselamatan ketika hidup kita berdampingan dengan godaan dari roh jahat. Perjuangan kita agar menjadi tanah yang baik terletak pada keberanian untuk bertempur melawan roh jahat. Menjadi murid Kristus harus berani meneladan Yesus yang hidup demi penebusan kita. Iman, harapan, dan kasih harus kita wujudkan secara konsisten bagi Tuhan dan sesama.

Pada dasarnya, kita diberi kebebasan oleh Tuhan untuk memilih menjadi lahan yang bagaimana. Kebebasan itu semestinya membuat kita berkembang. Namun, jika kita hanya berpedoman pada kebebasan, kita tidak akan berhasil. Kita butuh rahmat Allah yang hadir dalam keheningan, aktivitas doa, dan disposisi batin yang terarah kepada-Nya. Sikap mawas diri dan terbuka akan melatih kita agar mempunyai kandungan tanah yang bagus. Kendati Allah memberi kebebasan, Allah tetap menyertai. Artinya, Allah pasti menunjukkan jalan yang seharusnya kita tempuh. Karena itu, terbuka pada kehadiran Allah adalah kebutuhan kita.