Magnet yang Mendorong Pertobatan

Senin, 27 September 2021 – Peringatan Wajib Santo Vinsensius a Paulo

117

Zakharia 8:1-8

Datanglah firman TUHAN semesta alam, bunyinya: “Beginilah firman TUHAN semesta alam: Aku berusaha untuk Sion dengan kegiatan yang besar dan dengan kehangatan amarah yang besar. Beginilah firman TUHAN: Aku akan kembali ke Sion dan akan diam di tengah-tengah Yerusalem. Yerusalem akan disebut Kota Setia, dan gunung TUHAN semesta alam akan disebut Gunung Kudus. Beginilah firman TUHAN semesta alam: Akan ada lagi kakek-kakek dan nenek-nenek duduk di jalan-jalan Yerusalem, masing-masing memegang tongkat karena lanjut usianya. Dan jalan-jalan kota itu akan penuh dengan anak laki-laki dan anak perempuan yang bermain-main di situ. Beginilah firman TUHAN semesta alam: Kalau pada waktu itu sisa-sisa bangsa ini menganggap hal itu ajaib, apakah Aku akan menganggapnya ajaib? demikianlah firman TUHAN semesta alam. Beginilah firman TUHAN semesta alam: Sesungguhnya, Aku menyelamatkan umat-Ku dari tempat terbitnya matahari sampai kepada tempat terbenamnya, dan Aku akan membawa mereka pulang, supaya mereka diam di tengah-tengah Yerusalem. Maka mereka akan menjadi umat-Ku dan Aku akan menjadi Allah mereka dalam kesetiaan dan kebenaran.”

***

Setelah selesai bekerja, seorang ayah atau ibu pasti akan segera pulang ke rumahnya. Orang-orang yang pergi ke tempat jauh juga selalu memiliki kerinduan untuk pulang ke rumah mereka. Kata “pulang” atau “kembali” memang mengandung makna yang luar biasa. Rumah menjadi tujuan kepulangan karena di situ ada keluarga, ada anak-anak, ada kenyamanan, ada kedamaian, ada pula cinta. Rumah dan segala isinya bagaikan magnet karena senantiasa menjadi alasan bagi seseorang untuk kembali.

Ilustrasi di atas sangat tepat menggambarkan pertobatan orang-orang berdosa. Ketika seorang yang berdosa memutuskan untuk bertobat dan meminta maaf, hal tersebut terjadi karena ada magnet yang menggerakkan hati orang itu. Magnet itu adalah cinta dan kasih Tuhan. Cinta Tuhan yang bergelora mengusik hati orang-orang hidup dalam kekelaman, membuat mereka menyadari bahwa mereka itu berarti dan dicintai.

Dalam nubuat Zakharia yang kita dengarkan dalam bacaan pertama hari ini ditegaskan bahwa Allah akan membawa pulang Israel dari keterceraian, dari situasi di luar Yerusalem. Allah akan membawa kembali umat-Nya untuk diam di Yerusalem sebagai pusat kehidupan dan iman mereka. Kepada mereka, Allah akan melimpahkan cinta-Nya. Ia akan menyelamatkan umat-Nya, sehingga “mereka akan menjadi umat-Ku dan Aku akan menjadi Allah mereka dalam kesetiaan dan kebenaran”. Kesetiaan yang menyelamatkan menjadi inti cinta Allah kepada umat-Nya. Kasih-Nya kepada umat sungguh nyata dan tidak perlu diragukan lagi.

Tindakan kasih juga ditunjukkan oleh Santo Vincensius a Paulo yang kita peringati hari ini. Ia memberikan hidupnya untuk pelayanan dan perhatian kepada mereka yang miskin serta telantar. Santo Vincensius dalam hal ini digerakkan oleh cinta Tuhan yang menjadi magnet bagi dirinya. Cinta Tuhan menggerakkan hidupnya dengan cara yang sederhana, biasa, namun tulus. Ia melakukan hal-hal yang kecil dan sederhana, namun dengan cinta yang besar karena relasi personal dengan Allah.

Cinta Tuhan menantang kita untuk berani mencintai dan berani mengerjakan hal-hal yang biasa, sederhana, kecil, bahkan yang diremehkan atau jarang diperhatikan oleh kebanyakan orang. Cinta Tuhan dapat menjauhkan diri kita dari ambisi, kesombongan, dan kecenderungan merendahkan orang lain. Janganlah ragu akan cinta Tuhan yang mampu mengubah hidup kita sehingga makin berguna dan mendatangkan berkat.