Hati yang Berbelaskasihan dan Setia

Rabu, 20 Oktober 2021 – Hari Biasa Pekan XXIX

97

Lukas 12:39-48

“Tetapi ketahuilah ini: Jika tuan rumah tahu pukul berapa pencuri akan datang, ia tidak akan membiarkan rumahnya dibongkar. Hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu sangkakan.”

Kata Petrus: “Tuhan, kamikah yang Engkau maksudkan dengan perumpamaan itu atau juga semua orang?” Jawab Tuhan: “Jadi, siapakah pengurus rumah yang setia dan bijaksana yang akan diangkat oleh tuannya menjadi kepala atas semua hambanya untuk memberikan makanan kepada mereka pada waktunya? Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya tuannya itu akan mengangkat dia menjadi pengawas segala miliknya. Akan tetapi, jikalau hamba itu jahat dan berkata di dalam hatinya: Tuanku tidak datang-datang, lalu ia mulai memukul hamba-hamba laki-laki dan hamba-hamba perempuan, dan makan minum dan mabuk, maka tuan hamba itu akan datang pada hari yang tidak disangkakannya, dan pada saat yang tidak diketahuinya, dan akan membunuh dia dan membuat dia senasib dengan orang-orang yang tidak setia.

Adapun hamba yang tahu akan kehendak tuannya, tetapi yang tidak mengadakan persiapan atau tidak melakukan apa yang dikehendaki tuannya, ia akan menerima banyak pukulan. Tetapi barangsiapa tidak tahu akan kehendak tuannya dan melakukan apa yang harus mendatangkan pukulan, ia akan menerima sedikit pukulan. Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, darinya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, darinya akan lebih banyak lagi dituntut.”

***

Hari ini Yesus menyampaikan ajaran-Nya dalam bentuk perumpamaan, sehingga memudahkan kita untuk masuk dalam situasi yang terjadi. Yesus mengajak kita agar memahami kehendak-Nya, yakni agar kita setia dan sabar dalam menantikan kedatangan-Nya kembali.

Agar setia dan sabar, kita membutuhkan niat yang kuat, murni, dan tulus. Ini akan menghindarkan kita dari kecenderungan untuk jatuh ke dalam godaaan. Kita pun akan disadarkan mengenai makna panggilan sebagai pengikut Kristus. Kesabaran membutuhkan hati yang terbuka dan ikhlas, sehingga kita tetap bersyukur, meskipun apa yang diharapkan belum atau tidak terjadi. Kita memilih untuk percaya pada kehendak Tuhan dan rencana-Nya.

Perumpamaan yang dikisahkan Yesus hari ini mengajak kita untuk menyatakan sikap berjaga-jaga dengan tindakan-tindakan yang berbelas kasihan kepada sesama. Tindakan yang dimaksud adalah keterbukaan dan kemauan untuk saling mengampuni, dengan kesadaran bahwa kita semua adalah orang-orang berdosa yang hidup dari belas kasihan dan pengampunan Tuhan. Karena itu, sesungguhnya tidak ada alasan bagi kita untuk membenci, membalas dendam, dan bertindak tidak adil kepada orang lain. Sebaliknya, kita harus berbelas kasihan dengan rela memberikan pertolongan kepada sesama tanpa batas.

Hati yang berbelas kasihan adalah jawaban terhadap panggilan Tuhan agar kita terus berjaga-jaga. Belas kasihan dan kesetiaan akan dimiliki oleh mereka yang setia dan tekun membangun relasi yang mesra dengan-Nya, dengan sungguh menyadari ketergantungannya kepada Tuhan. Kesadaran ini mendorong kita untuk menyediakan waktu khusus guna berjumpa dan berkomunikasi dengan Tuhan dalam doa dan keheningan, sembari terus memohon bimbingan dan kekuatan dari-Nya. Dengan demikian, kita dimampukan untuk terus bertahan dan berjuang pada masa penantian ini, dan senantiasa menjadikannya sebagai saat-saat yang penuh kasih dan harapan.

Marilah berdoa: “Tuhan yang mahabaik, buatlah hati kami seperti hati-Mu yang selalu memancarkan kebaikan dan belas kasihan, sehingga ketika waktunya tiba, kami layak masuk ke dalam kerajaan cinta kasih-Mu yang kekal abadi. Amin.”