Apa yang Perlu untuk Damai Sejahteramu

Kamis, 18 November 2021 – Hari Biasa Pekan XXXIII

258

Lukas 19:41-44

Dan ketika Yesus telah dekat dan melihat kota itu, Ia menangisinya, kata-Nya: “Wahai, betapa baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu! Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu. Sebab akan datang harinya, bahwa musuhmu akan mengelilingi engkau dengan kubu, lalu mengepung engkau dan menghimpit engkau dari segala jurusan, dan mereka akan membinasakan engkau beserta dengan pendudukmu dan pada tembokmu mereka tidak akan membiarkan satu batu pun tinggal terletak di atas batu yang lain, karena engkau tidak mengetahui saat, bilamana Allah melawat engkau.”

***

Di dunia maya saat ini, banyak orang menampilkan diri mereka sebagai orang-orang yang gembira dan bahagia. Mereka memamerkan foto-foto sedang makan di restoran yang terkenal, sedang berlibur di destinasi wisata premium, sedang berada di acara-acara yang bergengsi, dan lain-lain. Dalam kenyataannya, cukup banyak dari mereka yang ternyata hidup dalam kesulitan. Untuk bisa pamer “kebahagiaan” seperti itu butuh banyak biaya. Ketika penghasilan ternyata tidak mencukupi, mereka kemudian berutang. Kalau itu yang terjadi, artinya orang belum bisa menemukan kebahagiaan yang sesungguhnya. Orang hanya seolah-olah bahagia supaya bisa dipamerkan.

Sejumlah kebahagiaan sifatnya sementara saja. Ketika kita berkumpul-kumpul dan bernostalgia dengan teman-teman lama, kita bahagia. Ketika kita makan kenyang, enak, dan mendapat diskon besar, kita bahagia. Ketika ulang tahun dan mendapat hadiah dari orang-orang tersayang, kita bahagia. Namun, kebahagiaan seperti itu biasanya tidak bertahan lama. Esok hari atau beberapa hari kemudian, rasa bahagia itu sudah hilang.

Bacaan Injil hari ini berkisah tentang Yesus yang menangis ketika mendekati kota Yerusalem dan memandang kota itu. Ia tahu bahwa Yerusalem akan hancur dan luluh lantak. Para penduduknya akan binasa; damai dan kesejahteraan tidak akan ada lagi di sana. Ini semua terjadi karena mereka tidak mengerti apa yang perlu untuk bisa memperoleh damai dan sejahtera. Damai dan sejahtera yang sejati ada pada diri Yesus, tetapi mereka menolak-Nya.

Bisa jadi sekarang Yesus pun sedang menangisi kita karena kita belum mengerti apa yang perlu untuk damai sejahtera kita, untuk kebahagiaan kita yang sejati. Yesus menangis karena dosa-dosa kita, karena kedegilan hati kita.