Berjalan Bersama Tuhan

Kamis, 24 Maret 2022 – Hari Biasa Pekan III Prapaskah

138

Lukas 11:14-23

Pada suatu kali Yesus mengusir dari seorang suatu setan yang membisukan. Ketika setan itu keluar, orang bisu itu dapat berkata-kata. Maka heranlah orang banyak. Tetapi ada di antara mereka yang berkata: “Ia mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, penghulu setan.” Ada pula yang meminta suatu tanda dari surga kepada-Nya, untuk mencobai Dia. Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka lalu berkata: “Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa, dan setiap rumah tangga yang terpecah-pecah, pasti runtuh. Jikalau Iblis itu juga terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri, bagaimanakah kerajaannya dapat bertahan? Sebab kamu berkata, bahwa Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul. Jadi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, dengan kuasa apakah pengikut-pengikutmu mengusirnya? Sebab itu merekalah yang akan menjadi hakimmu. Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu. Apabila seorang yang kuat dan yang lengkap bersenjata menjaga rumahnya sendiri, maka amanlah segala miliknya. Tetapi jika seorang yang lebih kuat darinya menyerang dan mengalahkannya, maka orang itu akan merampas perlengkapan senjata, yang diandalkannya, dan akan membagi-bagikan rampasannya.

Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan.”

***

Kejahatan muncul akibat manusia menutup diri terhadap kerahiman Tuhan, dan dapat menyesatkan hidup seseorang hingga terpuruk dalam lembah dosa. Tindak kejahatan adalah segala sesuatu yang tidak sesuai dengan kehendak Allah. Hari ini Yesus berkata bahwa semua orang yang tidak bersama Dia berarti melawan Dia. Dengan ini, kejahatan dilihat sebagai pertanda bahwa hidup seseorang jauh dari Tuhan. Ia tidak melangkah di jalan Tuhan. Karena kejahatan menguasai hati dan pikirannya, orang ini tidak lagi mampu mengalami kerahiman Tuhan.

Tindakan Yesus mengusir setan tidak dihargai oleh sejumlah orang. Dengan mudahnya mereka menuduh karya Yesus tersebut sebagai karya Beelzebul, sang penghulu setan. Kehadiran Yesus yang membawa kesembuhan dan harapan tidak mendapatkan apresiasi. Yang muncul justru rasa curiga, cemburu, dan iri hati karena orang-orang itu menutup diri mereka dari sapaan Tuhan. Namun, penolakan itu tidak lantas membuat Yesus mundur, kecewa, atau marah. Dengan kelembutan kasih, Ia justru memberikan penjelasan. Ini menunjukkan bahwa Tuhan tidak pernah memaksakan kehendak-Nya kepada manusia. Ia selalu memberikan pilihan bebas, sehingga orang boleh memilih untuk percaya terhadap karya-karya yang dilakukan-Nya atau tidak.

Tawaran yang sama juga disuguhkan Yesus kepada kita. Memilih percaya berarti siap berjalan bersama dengan-Nya. Berhadapan dengan tantangan hidup yang paling sulit sekalipun, kita diajak untuk tetap teguh berpegang pada kasih-Nya. Tantangan justru menjadi peluang untuk menguji kesetiaan kita kepada-Nya. Menjadi pengikut Yesus adalah pilihan yang tidak mudah, sehingga dalam hal ini kita membutuhkan semangat beriman yang kokoh.

Seperti yang diteladankan oleh-Nya sendiri, kita diajak untuk tetap bekerja dan melayani dalam kasih apa pun yang terjadi. Terutama dalam menjalani hari-hari pertobatan ini, Yesus mengajak kita untuk semakin bertekun dalam doa dan perbuatan amal. Dengan begitu, keselamatan dan kebahagian sejati yang dijanjikan-Nya akan kita miliki jika kelak Dia datang kembali sebagai Juru Selamat manusia.

Marilah berdoa: “Tuhan Yesus, kasih-Mu adalah andalan kami. Bantulah kami untuk tetap teguh berjalan bersama-Mu. Raihlah kami agar selalu dekat dengan-Mu. Amin.”