Kesaksian Iman Nikodemus

Sabtu, 2 April 2022 – Hari Biasa Pekan IV Prapaskah

76

Yohanes 7:40-53

Beberapa orang di antara orang banyak, yang mendengarkan perkataan-perkataan itu, berkata: “Dia ini benar-benar nabi yang akan datang.” Yang lain berkata: “Ia ini Mesias.” Tetapi yang lain lagi berkata: “Bukan, Mesias tidak datang dari Galilea! Karena Kitab Suci mengatakan, bahwa Mesias berasal dari keturunan Daud dan dari kampung Betlehem, tempat Daud dahulu tinggal.” Maka timbullah pertentangan di antara orang banyak karena Dia. Beberapa orang di antara mereka mau menangkap Dia, tetapi tidak ada seorang pun yang berani menyentuh-Nya.

Maka penjaga-penjaga itu pergi kepada imam-imam kepala dan orang-orang Farisi, yang berkata kepada mereka: “Mengapa kamu tidak membawa-Nya?” Jawab penjaga-penjaga itu: “Belum pernah seorang manusia berkata seperti orang itu!” Jawab orang-orang Farisi itu kepada mereka: “Adakah kamu juga disesatkan? Adakah seorang di antara pemimpin-pemimpin yang percaya kepada-Nya, atau seorang di antara orang-orang Farisi? Tetapi orang banyak ini yang tidak mengenal hukum Taurat, terkutuklah mereka!” Nikodemus, seorang dari mereka, yang dahulu telah datang kepada-Nya, berkata kepada mereka: “Apakah hukum Taurat kita menghukum seseorang, sebelum ia didengar dan sebelum orang mengetahui apa yang telah dibuat-Nya?” Jawab mereka: “Apakah engkau juga orang Galilea? Selidikilah Kitab Suci dan engkau akan tahu bahwa tidak ada nabi yang datang dari Galilea.”

Lalu mereka pulang, masing-masing ke rumahnya.

***

Penginjil Yohanes sekali lagi mengetengahkan kepada kita tentang pergunjingan dan silang pendapat di antara orang Yahudi dan para pendengar pengajaran Yesus. Sebagian merasa takjub dengan pengajaran-Nya, termasuk para penjaga Bait Suci yang ditugaskan oleh orang Farisi untuk membawa Yesus kepada mereka. Penjaga-penjaga tersebut tidak jadi menangkap Dia karena justru sangat tergerak oleh apa yang Dia katakan. Memang tidak ada yang pernah berbicara seperti Yesus, sebab Dia adalah Mesias yang datang dan diutus Allah.

Meskipun demikian, orang Farisi tetap tidak percaya. Mereka tidak menerima Yesus sebagai Mesias terutama karena Dia disebut berasal dari Galilea, sebuah tempat yang tidak diperhitungkan pada zaman itu. Mereka berharap bahwa Mesias berasal dari tempat yang sudah disebutkan dalam Kitab Suci dan dari kalangan orang terpelajar seperti mereka. Karena itu, mereka terus menggunakan kuasa dan otoritas mereka untuk membujuk orang banyak agar menentang Yesus.

Memang sering kali tempat asal kita sangat mempengaruhi penilaian orang terhadap kita atau setidaknya kesan pertama mereka terhadap kita. Reaksi semacam ini memang sama tuanya dengan sifat manusia itu sendiri. Orang banyak kali menilai orang lain dari penampilan luarnya, sebelum kemudian melabeli orang itu secara berlebihan dengan berbagai prasangka buruk. Berhadapan dengan pola pikir semacam ini, marilah kita meneladan sikap Nikodemus. Nikodemus, salah seorang petinggi orang Yahudi, berani mengambil risiko dan memisahkan diri dari rekan-rekannya. Ia menentang prasangka buruk mereka dengan berkata, “Apakah hukum Taurat kita menghukum seseorang, sebelum ia didengar dan sebelum orang mengetahui apa yang telah dibuat-Nya?”

Nikodemus bersikeras bahwa Yesus layak untuk didengarkan sebelum penghakiman dibuat atas diri-Nya. Untuk berdiri di depan orang banyak dan mengungkapkan pandangan yang bertentangan dengan suara mayoritas memang membutuhkan keberanian. Seperti Nikodemus, semoga kita tidak terburu-buru untuk menghakimi dan melabeli sesama dengan prasangka-prasangka buruk. Kita perlu membuka diri dan berusaha mendengarkan sudut pandang yang lain. Selain itu, sikap Nikodemus ini mengilhami kita untuk selalu terbuka kepada suara Tuhan yang berbicara kepada kita dengan cara yang mungkin tidak pernah kita duga.