Pokok Anggur yang Benar

Rabu, 18 Mei 2022 – Hari Biasa Pekan V Paskah

137

Yohanes 15:1-8

“Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah. Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu. Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar. Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya. Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku.”

***

Sungguh tidak terasa bahwa kiasan tentang “pokok anggur yang benar” yang kita dengarkan hari ini sebenarnya bernuansa perpisahan. Saat itu, Yesus merasa bahwa hari-hari hidup-Nya akan segera berakhir. Ia pun memberi wejangan panjang lebar kepada murid-murid-Nya, termasuk kiasan tentang pokok anggur ini. Secara keseluruhan, dalam wejangan-Nya, Yesus berharap agar para murid tetap bersatu, jangan sampai bubar tercerai-berai. Yesus memang akan pergi, tetapi Ia tidak akan meninggalkan mereka sebagai yatim piatu. Karena itu, Ia berharap agar para murid tetap tinggal dalam kesatuan dengan-Nya.

Tinggal di dalam Yesus akan menjamin para murid tetap menghasilkan buah yang lebat. Hubungan mereka dengan Yesus bagaikan pokok anggur dan ranting-rantingnya. Tanpa pokok, ranting tentu akan mati. Mereka yang tidak tinggal di dalam Yesus akan menjadi kering dan “kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar”. Demikianlah para murid tidak akan berdaya jika meninggalkan Yesus. Iman mereka akan kering; hidup mereka pun tiada berarti.

Murid-murid juga mendapat jaminan: “Mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya.” Ini tidak berarti segala keinginan mereka pasti akan dituruti Tuhan. Pernyataan ini mesti dipahami dalam konteks kesatuan para murid dengan Yesus. Bersatu dengan Yesus akan membuat mereka memahami kehendak Bapa. Karena itu segala pikiran, gagasan, dan keinginan mereka akan selaras dengan kehendak Bapa.

Pernahkah kita, murid-murid Yesus masa kini, merasa bosan, lelah, dan kering? Pernahkah kita merasa putus asa, tidak berarti, dan tidak sanggup lagi untuk terus berjalan karena terpaan berbagai macam persoalan hidup yang berat? Mari kita menimba pengalaman dari para murid di masa lalu. Yesus tidak ke mana-mana, sebab Ia senantiasa menyertai kita. Yang kita perlukan hanyalah kesediaan untuk tinggal di dalam Dia dan kerelaan untuk membiarkan Dia berkarya dalam hidup dan keseharian kita.