Bertumbuh dan Berbuah di Tengah Impitan Dunia

Sabtu, 23 Juli 2022 – Hari Biasa Pekan XVI

100

Matius 13:24-30

Yesus membentangkan suatu perumpamaan lain lagi kepada mereka, kata-Nya: “Hal Kerajaan Surga itu seumpama orang yang menaburkan benih yang baik di ladangnya. Tetapi pada waktu semua orang tidur, datanglah musuhnya menaburkan benih lalang di antara gandum itu, lalu pergi. Ketika gandum itu tumbuh dan mulai berbulir, tampak jugalah lalang itu. Maka datanglah hamba-hamba tuan ladang itu kepadanya dan berkata: Tuan, bukankah benih baik, yang tuan taburkan di ladang tuan? Dari manakah lalang itu? Jawab tuan itu: Seorang musuh yang melakukannya. Lalu berkatalah hamba-hamba itu kepadanya: Jadi maukah tuan supaya kami pergi mencabut lalang itu? Tetapi ia berkata: Jangan, sebab mungkin gandum itu ikut tercabut pada waktu kamu mencabut lalang itu. Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku.”

***

Ketika remaja, saya sering ikut orang tua ke kebun dan memperhatikan tumbuhan lalang. Akar lalang biasanya dengan cepat merambah ke berbagai arah, dan dari akar itu tumbuh tunas-tunas baru. Demikianlah lalang berkembang dengan cepat, tiba-tiba saja jumlahnya sangat banyak. Jika kita mencabut satu lalang, lalang lain yang akarnya tersambung biasanya akan ikut tercabut, apalagi kalau tanahnya gembur. Namun, tindakan itu ada risikonya: Tanaman lain bisa jadi akan ikut tercabut juga.

Bacaan Injil hari ini mengisahkan perumpamaan tentang lalang di antara gandum. Kerajaan Allah itu bagaikan seseorang yang menaburkan benih gandum, tetapi seorang musuh kemudian menaburkan benih lalang di ladang yang sama. Gandum dan lalang lalu sama-sama bertumbuh. Ketika para hamba meminta izin untuk mencabut lalang, sang pemilik ladang melarangnya karena dapat membuat gandum bisa jadi ikut tercabut. Tuan itu menyuruh membiarkan saja hingga musim menuai tiba. Pada saat itulah gandum akan dituai, semantara lalang akan dibuang dan dibakar. 

Sama seperti gandum dan lalang, realitas menunjukkan bahwa yang baik dan yang jahat hidup berdampingan di dunia ini. Tuhan hanya menaburkan kebaikan saja kepada dunia, tetapi – seperti dikisahkan dalam kitab Kejadian – si jahat menggoda manusia hingga jatuh ke dalam dosa.

Benih kebaikan ditaburkan Tuhan dalam hati kita melalui sabda yang kita dengarkan. Sabda-Nya hendaknya kita renungkan, kita resapkan, dan kita wujudkan dalam hidup setiap hari. Sikap hidup dan perbuatan yang baik merupakan buah-buah dari benih sabda yang ditaburkan dalam hati kita. Kalau kita menutup hati untuk benih-benih sabda yang ditaburkan Allah, sabda itu tidak akan pernah bertumbuh. Ada banyak hal yang bisa menutup hati kita, misalnya penderitaan, kenikmatan duniawi, kedengkian, iri hati, kemarahan, dan sebagainya. Berhadapan dengan itu semua, kita harus berjuang agar benih sabda dan kebaikan yang ditaburkan Allah tidak kalah, terimpit, dan mati.

Marilah kita teguh bertahan di tengah impitan lalang-lalang kehidupan. Jangan pernah terpengaruh. Biarkan benih sabda bertumbuh dalam hati kita sampai menghasilkan buah. Ketika musim menuai tiba, kiranya Allah mengenali kita dari buah yang kita hasilkan dan berkenan kepada kita.