Mendengarkan Suara Tuhan

Sabtu, 6 Agustus 2022 – Pesta Yesus Menampakkan Kemuliaan-Nya

83

Lukas 9:28b-36

Yesus membawa Petrus, Yohanes dan Yakobus, lalu naik ke atas gunung untuk berdoa. Ketika Ia sedang berdoa, rupa wajah-Nya berubah dan pakaian-Nya menjadi putih berkilau-kilauan. Dan tampaklah dua orang berbicara dengan Dia, yaitu Musa dan Elia. Keduanya menampakkan diri dalam kemuliaan dan berbicara tentang tujuan kepergian-Nya yang akan digenapi-Nya di Yerusalem. Sementara itu Petrus dan teman-temannya telah tertidur dan ketika mereka terbangun mereka melihat Yesus dalam kemuliaan-Nya: dan kedua orang yang berdiri di dekat-Nya itu. Dan ketika kedua orang itu hendak meninggalkan Yesus, Petrus berkata kepada-Nya: “Guru, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan sekarang tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia.” Tetapi Petrus tidak tahu apa yang dikatakannya itu. Sementara ia berkata demikian, datanglah awan menaungi mereka. Dan ketika mereka masuk ke dalam awan itu, takutlah mereka. Maka terdengarlah suara dari dalam awan itu, yang berkata: “Inilah Anak-Ku yang Kupilih, dengarkanlah Dia.” Ketika suara itu terdengar, tampaklah Yesus tinggal seorang diri. Dan murid-murid itu merahasiakannya, dan pada masa itu mereka tidak menceritakan kepada siapa pun apa yang telah mereka lihat itu.

***

Pada hari ini, Yesus menampakkan kemuliaan-Nya. Petrus, Yohanes, dan Yakobus melihat Yesus berubah rupa, di mana di samping-Nya berdiri Musa dan Elia. Penglihatan itu membuat mereka kagum, tetapi secepat kilat menghilang dari indra penglihatan. Namun, Petrus dan kawan-kawannya diteguhkan bukan hanya melalui penglihatan, melainkan juga melalui pendengaran. Mereka mendengar suara Bapa yang menyatakan Yesus sebagai Anak yang dikasihi-Nya dan meminta mereka untuk bersedia mendengarkan-Nya. Dengan ini ditegaskan bahwa melihat saja tidak cukup. Orang harus juga mau mendengarkan.

Kita memang belum melihat kemuliaan Yesus. Namun, sama seperti Petrus dan kawan-kawannya, kita sudah mendengar suara Bapa yang menyatakan: “Inilah Anak-Ku yang Kupilih, dengarkanlah Dia.” Seruan ini ditujukan juga kepada kita. Beriman membutuhkan telinga yang mau mendengarkan suara Bapa dalam diri Yesus.

Di mana kita dapat mendengar suara Bapa? Suara itu berada dalam perbuatan-perbuatan baik dan penuh cinta kepada sesama. Hidup yang terarah pada cinta kasih terarah pula pada semangat pengorbanan diri. Yesus yang berubah rupa menunjukkan bagaimana cinta kasih disempurnakan dalam pengorbanan-Nya di kayu salib. Oleh sebab itu, iman yang tumbuh dari pendengaran akan memampukan kita untuk melakukan cinta kasih dalam semangat pengorbanan.

Kebahagiaan tidak hanya terletak pada “melihat”, tetapi juga pada “mendengar”. Saat ini, kemuliaan Tuhan mungkin masih tampak kabur di mata kita, tetapi kita sudah mendengar apa yang dikehendaki-Nya melalui sabda-sabda-Nya dalam Kitab Suci, yaitu agar kita saling mengasihi. Oleh sebab itu, kemuliaan Tuhan yang disaksikan Petrus, Yohanes, dan Yakobus akan dapat kita saksikan pula apabila kita mau berkorban dengan penuh cinta kasih.