Tawaran Keselamatan

Minggu, 21 Agustus 2022 – Hari Minggu Biasa XXI

141

Lukas 13:22-30

Kemudian Yesus berjalan keliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa sambil mengajar dan meneruskan perjalanan-Nya ke Yerusalem.

Dan ada seorang yang berkata kepada-Nya: “Tuhan, sedikit sajakah orang yang diselamatkan?” Jawab Yesus kepada orang-orang di situ: “Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat. Jika tuan rumah telah bangkit dan telah menutup pintu, kamu akan berdiri di luar dan mengetok-ngetok pintu sambil berkata: Tuan, bukakanlah kami pintu! dan Ia akan menjawab dan berkata kepadamu: Aku tidak tahu dari mana kamu datang. Maka kamu akan berkata: Kami telah makan dan minum di hadapan-Mu dan Engkau telah mengajar di jalan-jalan kota kami. Tetapi Ia akan berkata kepadamu: Aku tidak tahu dari mana kamu datang, enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu sekalian yang melakukan kejahatan! Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi, apabila kamu akan melihat Abraham dan Ishak dan Yakub dan semua nabi di dalam Kerajaan Allah, tetapi kamu sendiri dicampakkan ke luar. Dan orang akan datang dari timur dan barat dan dari utara dan selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah. Dan sesungguhnya ada orang yang terakhir yang akan menjadi orang yang terdahulu dan ada orang yang terdahulu yang akan menjadi orang yang terakhir.”

***

Entah disadari atau tidak, seluruh tapak ziarah hidup kita dihiasi dengan berbagai pilihan. Selama hidup, ada begitu banyak kesempatan yang tersedia bagi kita untuk dipilih. Dari sekian banyak pilihan, kita harus memutuskan mana yang terbaik, mana yang sesuai dengan kepribadian kita, dan kemudian berusaha untuk menggapainya. Ketika hendak memasuki perguruan tinggi, misalnya, kita harus memutuskan jenis pekerjaan apa yang ingin kita geluti setelah lulus kuliah. Sesudah itu, kita pun harus berusaha untuk mendapatkan nilai yang baik agar mimpi kita akhirnya tercapai.

Kesempatan untuk memilih tidak jatuh begitu saja ke pangkuan kita. Kita harus berusaha sebisa mungkin untuk mendapatkannya. Jika kita bekerja dengan setengah hati, bisa jadi kesempatan itu akan hilang. Bisa dikatakan bahwa pintu yang harus kita lalui untuk mencapai cita-cita adalah pintu yang sempit, sementara di sampingnya ada pintu yang jauh lebih besar, yang mudah untuk kita lalui begitu saja tanpa berusaha. Pintu yang lebih besar ini sering kali mengalihkan perhatian kita dari pintu sempit yang seharusnya kita lalui.

Bacaan Injil hari ini berkisah tentang tanya jawab antara Yesus dan orang-orang yang mendengarkan pengajaran-Nya. Seseorang bertanya kepada Yesus, “Sedikit sajakah orang yang diselamatkan?” Menjawab pertanyaan tersebut, Yesus justru menantang para pendengar-Nya. Menurut-Nya, mereka harus berjuang untuk masuk melalui pintu yang sesak. Pada zaman Yesus, ada dua pandangan yang menyebar di kalangan orang Yahudi mengenai keselamatan. Yang satu berpandangan bahwa semua orang akan diselamatkan, dengan catatan mereka mesti menjadi bagian dari bangsa Yahudi, sementara yang lain secara ekstrem menegaskan bahwa keselamatan merupakan hak istimewa dari beberapa orang saja. Bagi kelompok yang kedua, dunia yang akan datang adalah penghiburan bagi segelintir orang dan siksaan bagi kebanyakan orang. Itulah kecemasan yang menjadi inti pertanyaan orang tersebut kepada Yesus.

Yesus menjawab dengan sebuah ajakan untuk bertindak, “Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu!” Apa yang ingin Ia sampaikan dengan ajakan tersebut? Yesus sengaja tidak menjawab pertanyaan tersebut secara eksplisit. Ia mengambil kesempatan itu untuk menyampaikan pengajaran yang benar-benar berguna dan praktis bagi para pendengar-Nya. Di satu sisi, Ia mengungkapkan corak universalitas keselamatan: “Dan orang akan datang dari timur dan barat dan dari utara dan selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah.” Di sisi lain, jawaban Yesus mungkin bertujuan untuk memperbaiki ketertutupan pola pikir dan mentalitas orang-orang akan keselamatan. Ia menegaskan bahwa untuk mencapai sukacita abadi, orang tidak cukup menjadi bagian dari kelompok tertentu. Mereka harus berjuang menjalani prinsip kehidupan sebagaimana yang dikehendaki Tuhan, percaya akan janji-Nya, dan setia pada perintah-Nya.

Keselamatan Allah tidak terbatas pada segelintir orang, tetapi menjangkau semua. Kita harus berhati-hati untuk tidak berpikir bahwa hanya mereka yang memiliki sudut pandang yang sama dengan kita saja yang layak menerima keselamatan. Allah berkehendak menyelamatkan semua orang! Kendati sebagai manusia kita memiliki kehendak bebas untuk memilih, kita tetap diajak untuk membuka hati, untuk menerima dan menanggapi tawaran keselamatan dari Yesus.

Yesus adalah pintu sempit yang selalu terbuka itu! Ia adalah pintu yang dengan pasti akan membawa semua orang yang keluar dan masuk melalui-Nya kepada sukacita abadi. Ketika kita memilih untuk melewati “pintu Yesus”, kita juga mesti siap untuk mengikuti perintah-Nya dan meneladani cara hidup-Nya. Melalui cara hidup yang baik, kita “dipanggil untuk selalu menjadi rumah Bapa yang terbuka” bagi semua orang (Paus Fransiskus, Evangelii Gaudium, 47), di mana sesama di sekitar kita dapat “mengalami kasih Allah yang menghibur, mengampuni, dan memberi harapan” (Paus Fransiskus, Misericordia Vultus 3).