Iman yang Tulus dan Terbuka

Rabu, 24 Agustus 2022 – Pesta Santo Bartolomeus

234

Yohanes 1:45-51

Filipus bertemu dengan Natanael dan berkata kepadanya: “Kami telah menemukan Dia, yang disebut oleh Musa dalam kitab Taurat dan oleh para nabi, yaitu Yesus, anak Yusuf dari Nazaret.” Kata Natanael kepadanya: “Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?” Kata Filipus kepadanya: “Mari dan lihatlah!” Yesus melihat Natanael datang kepada-Nya, lalu berkata tentang dia: “Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!” Kata Natanael kepada-Nya: “Bagaimana Engkau mengenal aku?” Jawab Yesus kepadanya: “Sebelum Filipus memanggil engkau, Aku telah melihat engkau di bawah pohon ara.” Kata Natanael kepada-Nya: “Rabi, Engkau Anak Allah, Engkau Raja orang Israel!” Yesus menjawab, kata-Nya: “Karena Aku berkata kepadamu: Aku melihat engkau di bawah pohon ara, maka engkau percaya? Engkau akan melihat hal-hal yang lebih besar daripada itu.” Lalu kata Yesus kepadanya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya engkau akan melihat langit terbuka dan malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia.”

***

Hari ini kita merayakan Pesta St. Bartolomeus. Bartolomeus berasal dari Kana, tempat Yesus membuat mukjizat mengubah air menjadi anggur. Dalam Injil Yohanes, ia disebut sebagai Natanael, yang dalam bahasa Ibrani berarti “karunia Allah” atau “Allah yang memberi”. Meskipun kisah panggilannya menjadi rasul dinarasikan secara detail, sayangnya perjalanan hidupnya kemudian diselimuti kesunyian sejarah.

Penginjil Yohanes mengisahkan bahwa Filipuslah yang pertama-tama memberitahukan kepada Natanael tentang perjumpaannya dengan sang Mesias. Di sini kita menemukan sebuah teladan iman yang ditularkan dari orang yang satu kepada orang yang lain, seperti rantai yang tidak terputus. Kita perlu bersyukur atas keberadaan orang lain yang menceritakan tentang Yesus kepada kita.

Awalnya, Natanael bersikap kritis dan kurang percaya. Namun, ia tidak berhenti sampai di situ. Natanael menggabungkan dua sikap ideal seseorang yang mencari kebenaran, yakni bersikap kritis dan berpikiran terbuka. Ia pun menerima ajakan Filipus untuk datang dan melihat Yesus. Dengan bersikap demikian, Bartolomeus atau Natanael menjadi contoh bagaimana membangun Kerajaan Allah tanpa membuat kegaduhan. Ia mau membuka hati terhadap hal baru yang terjadi dalam sejarah umat manusia.

Dalam perjumpaannya dengan Yesus, Natanael menerima salah satu pujian paling indah yang diterima seseorang dari Anak Allah. Yesus, yang bisa membaca hati manusia, melihat kejujuran dan integritas dirinya. Ia berkata, “Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!” Bagaimana dengan kita? Apakah kita bersikap transparan di hadapan Allah dan umat-Nya? Apakah kita bebas secara batiniah untuk menghidupi kehendak Tuhan? Kejujuran dan keterbukaan merupakan sikap terbaik bagi siapa pun yang tertarik untuk menemukan kebenaran.

Sesungguhnya, dengan menjadi diri sendiri, dengan menjadi tulus dan setia, hidup kita akan mencerminkan apa yang seharusnya sebagai seorang Kristen yang sejati. Mari kita meneladan St. Bartolomeus dalam kesiapannya mengungkapkan apa yang benar-benar ada dalam pikiran dan hatinya. Menemukan seseorang yang sederhana, terus terang, dan tulus merupakan sebuah sukacita yang luar biasa. Inilah kunci untuk sampai kepada iman yang tulus.