Hati yang Tergerak, Turun Tangan, dan Keselamatan

Selasa, 13 September 2022 – Peringatan Wajib Yohanes Krisostomus

101

Lukas 7:11-17

Kemudian Yesus pergi ke suatu kota yang bernama Nain. Murid-murid-Nya pergi bersama-sama dengan Dia, dan juga orang banyak menyertai-Nya berbondong-bondong. Setelah Ia dekat pintu gerbang kota, ada orang mati diusung ke luar, anak laki-laki, anak tunggal ibunya yang sudah janda, dan banyak orang dari kota itu menyertai janda itu. Dan ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia berkata kepadanya: “Jangan menangis!” Sambil menghampiri usungan itu Ia menyentuhnya, dan sedang para pengusung berhenti, Ia berkata: “Hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!” Maka bangunlah orang itu dan duduk dan mulai berkata-kata, dan Yesus menyerahkannya kepada ibunya. Semua orang itu ketakutan dan mereka memuliakan Allah, sambil berkata: “Seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita,” dan “Allah telah melawat umat-Nya.” Maka tersiarlah kabar tentang Yesus di seluruh Yudea dan di seluruh daerah sekitarnya.

***

Yesus dan para murid dikisahkan berada di pintu gerbang Kota Nain. Mereka berpapasan dengan rombongan pengangkut jenazah. Yang meninggal adalah anak laki-laki tunggal dari seorang janda. Tentu sang ibu menjadi sangat sedih karenanya. Kesedihan ini juga dirasakan oleh warga kota. Karena itu, mereka mengikuti perarakan duka menuju pemakaman untuk menghibur dan menunjukkan simpati mereka kepada sang ibu. Memang kisah ini tidak menggambarkan dengan jelas bagaimana kesedihan janda itu. Namun, hanya dengan melihatnya, hati Yesus langsung tergerak oleh belas kasihan. Hati Allah seluas samudra. Ia begitu mudah tersentuh dan berbela rasa dengan kita, manusia.

“Jangan menangis!” Perkataan Yesus ini bisa menjadi informasi bahwa janda itu menangis karena kesedihan dan duka yang dialaminya. Apakah Yesus dengan ini melarang orang yang bersedih untuk menangis? Tidak. Yesus tidak melarang seseorang menangis karena kematian orang yang dikasihinya. Ia sendiri pun menangis ketika Lazarus, sahabat-Nya, mati. Jadi, perkataan “jangan menangis” di sini mesti dipahami sebagai janji Yesus bahwa janda itu tidak akan menangis lagi. Bisa juga dibahasakan menjadi, “Aku tidak ingin melihatmu menangis lagi.” Hati yang tergerak menimbulkan aksi. Empati dan bela rasa bermuara pada tindakan nyata.

Selanjutnya, Yesus menghentikan arak-arakan itu. Ia memegang usungan jenazah, lalu memerintahkan anak muda yang sudah mati itu untuk bangkit. Tokoh utama dalam kisah ini adalah Yesus. Dialah yang berinisiatif. Si janda tidak pernah meminta apa pun pada-Nya. Karena tersentuh hati-Nya, Yesus menghibur si janda dan berkata-kata dengan penuh kekuatan. Anak muda itu pun bangkit dari kematian. Ia bisa duduk dan mulai berkata-kata. Sering kali terjadi bahwa manusia sudah tidak mampu lagi berkata-kata kepada Tuhan. Namun, Ia yang tergerak hati-Nya oleh belas kasihan pasti akan turun tangan. Kalau Ia sudah turun tangan, yang ada adalah kebangkitan dan keselamatan.