Musa, Anak Manusia, dan Kasih Allah

Rabu, 14 September 2022 – Pesta Salib Suci

103

Yohanes 3:13-17

“Tidak ada seorang pun yang telah naik ke surga, selain dari Dia yang telah turun dari surga, yaitu Anak Manusia.

Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal. Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.”

***

Dalam perjalanan menuju Tanah Perjanjian, bangsa Israel hilang kesabaran. Mereka protes kepada Musa dan kepada Allah karena kesal dengan makanan dan minuman yang tersedia. Mereka merasa hidup mereka lebih menyenangkan ketika menjadi budak di Mesir. Mendengar itu, Allah lalu menyuruh ular-ular tedung untuk memagut orang-orang Israel, sehingga banyak dari antara mereka yang mati. Peristiwa tersebut menyadarkan orang Israel akan dosa melawan Allah dan mengantar mereka pada penyesalan. Karena itu, Allah kemudian menyuruh Musa untuk meninggikan patung ular tembaga di padang gurun. Setiap orang yang dipagut ular tedung, tetapi memandang patung itu tidak akan mati.

Peristiwa salib Yesus merupakan “pengulangan” peristiwa di padang gurun tersebut. Anak Manusia ditinggikan di kayu salib untuk keselamatan kita. Salib merupakan takhta kemuliaan Yesus Kristus, sang Anak Manusia yang menjadi sumber kekuatan kita. Peristiwa salib merupakan pengantar bagi peristiwa kebangkitan, di mana Yesus sungguh memperlihatkan kemuliaan-Nya.

Meski tersiksa dan menderita secara lahir batin, Yesus tetap berjalan memanggul salib-Nya. Ia tahu bahwa justru melalui salib itulah ada kemuliaan kekal. Melalui salib, Ia akan mengalahkan maut dengan kebangkitan. “Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.” Peristiwa salib Yesus merupakan ungkapan kasih Allah.

Kasih Allah begitu besar. Bangsa Israel yang tidak setia, yang selalu bersungut-sungut, tetap diselamatkan-Nya. Kita juga sering kali tidak setia, marah kepada Allah, dan protes kepada-Nya. Walau begitu, Allah tetap memberi kita keselamatan. Kasih-Nya begitu besar. Ia tetap setia dan terus menawarkan rahmat keselamatan kepada kita. Ia selalu memperhatikan umat-Nya yang mau bertobat dan kembali kepada-Nya.