Kita Tidak Boleh Merasa Takut

Jumat, 14 Oktober 2022 – Hari Biasa Pekan XXVIII

68

Lukas 12:1-7

Sementara itu beribu-ribu orang banyak telah berkerumun, sehingga mereka berdesak-desakan. Lalu Yesus mulai mengajar, pertama-tama kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: “Waspadalah terhadap ragi, yaitu kemunafikan orang Farisi. Tidak ada sesuatu pun yang tertutup yang tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui. Karena itu apa yang kamu katakan dalam gelap akan kedengaran dalam terang, dan apa yang kamu bisikkan ke telinga di dalam kamar akan diberitakan dari atas atap rumah. Aku berkata kepadamu, hai sahabat-sahabat-Ku, janganlah kamu takut terhadap mereka yang dapat membunuh tubuh dan kemudian tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Aku akan menunjukkan kepada kamu siapakah yang harus kamu takuti. Takutilah Dia, yang setelah membunuh, mempunyai kuasa untuk melemparkan orang ke dalam neraka. Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, takutilah Dia! Bukankah burung pipit dijual lima ekor dua duit? Sungguhpun demikian tidak seekor pun darinya yang dilupakan Allah, bahkan rambut kepalamu pun terhitung semuanya. Karena itu jangan takut, karena kamu lebih berharga daripada banyak burung pipit.”

***

Menjadi kaum minoritas memang tidak gampang, tidak terkecuali di Indonesia. Meskipun negara kita mempunyai semboyan “berbeda-beda tetapi tetap satu”, dalam kenyataan ada saja orang yang melupakan semangat itu. Mereka gemar memaksakan kehendak, dan dengan segala upaya berusaha menyeragamkan perbedaan yang ada. Mereka ingin agar semua orang sama seperti mereka. Alhasil, penghargaan atas perbedaan sering kali hanya menjadi teori yang ada di atas kertas.

Pantaskah kita takut terhadap mereka? Tidak. Menghadapi penindasan, penganiayaan, dan pemaksaan kehendak, murid-murid Yesus tidak boleh merasa takut. Para penganiaya bisa mencelakakan badan, tetapi tidak jiwa kita. Terlebih kita yakin bahwa kekuasaan Tuhan jauh mengatasi kekuatan mereka. Dia yang penuh kasih senantiasa menjaga kita, sebab bagi-Nya hidup setiap insan sangatlah berharga.

Dengan perbandingan burung pipit, Yesus mengungkapkan kasih sayang Tuhan terhadap manusia. Burung pipit sering dianggap remeh; di pasar pun dijual dengan harga murah. Meskipun hampir-hampir dianggap tidak berharga, apa pun yang terjadi pada burung ini berada dalam pengawasan Bapa. Kalau hal sepele saja diperhatikan Bapa, apalagi hal penting seperti hidup dan nyawa manusia. Karena itulah kita tidak perlu cemas. Kita tidak akan pernah dilupakan oleh-Nya, dan tidak akan pernah dibiarkan sendiri.

Yang harus kita lakukan adalah terus mewartakan Kabar Baik. Mewartakan kebenaran di tengah masyarakat yang sedang sakit memang tidak mudah. Hidup kadang menjadi taruhannya. Agar tidak goyah menghadapi tantangan, kuncinya adalah keyakinan. Kita harus yakin bahwa kita memperjuangkan hal yang baik, yakin bahwa Bapa menyertai kita, dan yakin bahwa perjuangan kita ini tidak akan pernah sia-sia.

Satu hal lagi. Melihat sejumlah pihak akhir-akhir ini semakin memaksakan kehendaknya dengan menebar ancaman dan melakukan kekerasan, mungkin kita bertanya-tanya: Masih relevankah kita mengedepankan kasih dan semangat damai? Yakinlah bahwa hal itu selalu relevan. Kalau kita mulai ragu, ingat kembali seruan Paulus berikut ini, “Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan!” (Rm. 12:21).