Perihal Memahami Yesus

Selasa, 21 Februari 2023 – Hari Biasa Pekan VII

64

Markus 9:30-37

Yesus dan murid-murid-Nya berangkat dari situ dan melewati Galilea, dan Yesus tidak mau hal itu diketahui orang; sebab Ia sedang mengajar murid-murid-Nya. Ia berkata kepada mereka: “Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia, dan mereka akan membunuh Dia, dan tiga hari sesudah Ia dibunuh Ia akan bangkit.” Mereka tidak mengerti perkataan itu, namun segan menanyakannya kepada-Nya.

Kemudian tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Kapernaum. Ketika Yesus sudah di rumah, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: “Apa yang kamu perbincangkan tadi di tengah jalan?” Tetapi mereka diam, sebab di tengah jalan tadi mereka mempertengkarkan siapa yang terbesar di antara mereka. Lalu Yesus duduk dan memanggil kedua belas murid itu. Kata-Nya kepada mereka: “Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya.” Maka Yesus mengambil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka, kemudian Ia memeluk anak itu dan berkata kepada mereka: “Barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku. Dan barangsiapa menyambut Aku, bukan Aku yang disambutnya, tetapi Dia yang mengutus Aku.”

***

Bacaan Injil hari ini mengisahkan para murid yang gagal paham tentang siapa Yesus dan bagaimana Yesus berkarya. Mereka mengikuti Yesus dengan ekspektasi yang mereka bangun sendiri, yakni dengan melihat hal-hal besar yang dibuat Yesus seperti mukjizat dan sebagainya. Mereka lupa untuk melihat Yesus secara utuh dan mendalam. Mereka malah membawa ketidakpahaman itu dalam pertengkaran di antara mereka sendiri tanpa berani bertanya secara langsung kepada Yesus.

Bukankah kita juga seperti para murid itu? Terkadang kita menjadi pengikut Yesus karena mempunyai ekspektasi atas pilihan ini. Ekspektasi itu sayangnya lahir dari pengandaian-pengandaian kita sendiri dan semata-mata bertujuan untuk memenuhi hasrat dan kehendak pribadi kita. Kita lupa untuk melihat lebih jauh. Bukankah para pengikut Yesus juga harus mengikuti teladan dan tindakan-Nya?

Hari ini, sebagai pengikut-Nya, adalah baik bagi kita untuk menilik kembali pemahaman diri kita atas Yesus. Kita mengikuti-Nya karena kita mau belajar untuk menyerupai-Nya. Kita juga mau memanggul salib yang menjadi puncak cinta dan pengorbanan-Nya, tidak hanya melihat kemuliaan dan keagungan-Nya yang besar. Kita berusaha keras untuk memaknai cinta dan pengorbanan itu di dalam hidup dan pengalaman pribadi kita.

Hari ini, marilah kita kembali menggali hasrat dan kesadaran kita untuk memahami Yesus secara mendalam dan bertanya kepada diri sendiri: Sejauh mana kita sungguh memahami Yesus di dalam kisah hidup kita?