Iman dan Sikap Percaya

Sabtu, 6 Mei 2023 – Hari Biasa Pekan IV Paskah

78

Yohanes 14:7-14

“Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapa-Ku. Sekarang ini kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia.”

Kata Filipus kepada-Nya: “Tuhan, tunjukkanlah Bapa itu kepada kami, itu sudah cukup bagi kami.” Kata Yesus kepadanya: “Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami. Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku? Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaan-Nya. Percayalah kepada-Ku, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku; atau setidak-tidaknya, percayalah karena pekerjaan-pekerjaan itu sendiri. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar daripada itu. Sebab Aku pergi kepada Bapa; dan apa juga yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya, supaya Bapa dipermuliakan di dalam Anak. Jika kamu meminta sesuatu kepada-Ku dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya.”

***

Bacaan Injil hari ini berbicara tentang kualitas pengenalan seseorang akan Yesus. Mereka yang mengenal Yesus secara sungguh-sungguh akan merasakan bagaimana Yesus selalu berkarya bagi keselamatan. Karena itu, yang dibutuhkan adalah sikap percaya. Kepercayaan kepada Tuhan secara mutlak harus kita miliki, sehingga hidup rohani kita mempunyai tujuan yang jelas dan konkret.

Roh jahat sering kali membuat kita terjatuh dalam perjalanan iman kita dengan mengubrak-abrik iman kepercayaan kita. Misalnya saja ketika ada orang yang rajin berdoa dengan memohon intensi tertentu, tetapi permohonannya itu tidak kunjung dikabulkan. Roh jahat akan berusaha melemahkan iman orang itu kepada kuasa Tuhan, sehingga ia perlahan-lahan kehilangan semangat untuk berdoa.

Ketekunan iman harus diupayakan terus-menerus, sebab ini merupakan perjuangan seumur hidup. Buah dari ketekunan itu bisa jadi tidak bisa dirasakan secara langsung. Kita harus bersabar menantikannya, sebab ini merupakan proses yang berlangsung lama, serta merupakan bagian dari pemurnian motivasi. Kita harus percaya kepada Tuhan bukan karena suatu keinginan tertentu, melainkan karena menyadari kasih-Nya secara personal.

Artinya, iman haruslah tanpa syarat. Kita beriman karena itu adalah satu-satunya cara untuk menanggapi kasih Tuhan. Tidak ada syarat lain kecuali percaya pada kuasa Tuhan dalam perjalanan hidup. Melalui rasa percaya ini, kita akan mampu beriman dalam aneka kondisi dan situasi. Jika sedang menderita, kita tetap mampu berharap pada kasih Tuhan. Jika mengalami sukacita, kita pun tetap mampu mengingat-Nya.

Iman dan sikap percaya tidak akan pernah bisa dipisahkan. Dengan beriman, kita semakin percaya akan janji dan rencana Tuhan. Semoga kita semakin mengalami pembaruan hidup dalam perjalanan iman kita ini kepada-Nya. Tuhan memberkati.