Jangan Berhenti Berharap

Minggu, 20 Agustus 2023 – Hari Minggu Biasa XX

93

Matius 15:21-28

Lalu Yesus pergi dari situ dan menyingkir ke daerah Tirus dan Sidon. Maka datanglah seorang perempuan Kanaan dari daerah itu dan berseru: “Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud, karena anakku perempuan kerasukan setan dan sangat menderita.” Tetapi Yesus sama sekali tidak menjawabnya. Lalu murid-murid-Nya datang dan meminta kepada-Nya: “Suruhlah ia pergi, ia mengikuti kita dengan berteriak-teriak.” Jawab Yesus: “Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.” Tetapi perempuan itu mendekat dan menyembah Dia sambil berkata: “Tuhan, tolonglah aku.” Tetapi Yesus menjawab: “Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.” Kata perempuan itu: “Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya.” Maka Yesus menjawab dan berkata kepadanya: “Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki.” Dan seketika itu juga anaknya sembuh.

***

Berhadapan dengan persoalan hidup yang berat, sudah sewajarnya jika kita manusia yang lemah ini berharap akan pertolongan Tuhan. Namun anehnya, sering kali Tuhan seakan-akan mengabaikan doa dan permohonan kita. Doa-doa kita tidak mendapatkan balasan dan permohonan kita tidak kunjung dikabulkan oleh-Nya. Kita pun jadi bertanya-tanya: Apa yang kurang? Rosario, novena, ziarah ke tempat-tempat suci, semuanya sudah kita lakukan. Ujung-ujungnya, karena kecewa terhadap Tuhan, banyak di antara kita yang lalu membalasnya dengan berhenti berharap. Kita tidak lagi menaruh harapan pada-Nya, bahkan tidak lagi mengingat Dia dalam kehidupan kita.

Perempuan Kanaan dalam bacaan Injil hari ini punya sikap berbeda. Dia tahu bahwa dirinya itu bukanlah siapa-siapa. Di mata orang Yahudi, dia itu perempuan asing yang najis untuk didekati. Namun, dia butuh pertolongan, sebab anaknya sedang menderita akibat dirasuki setan. Melihat kehadiran Yesus, dengan mengabaikan segala pertimbangan, perempuan itu tanpa malu berseru-seru memohon bantuan-Nya. Ia percaya bahwa Yesus sanggup memulihkan anaknya. Mengherankan, Yesus malah berkata, “Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.”

Banyak orang akan patah arang mendengar jawaban yang keras dan tidak mengenakkan itu. Namun, perempuan asing itu tidak. Ia tidak keberatan disamakan dengan anjing, sebab bukankah Tuhan justru menunjukkan belas kasihan-Nya yang besar kepada kaum yang hina? Ia tidak keliru. Yesus terkesan dengan kerendahan hatinya, kebesaran imannya, juga semangatnya yang pantang menyerah. Permohonannya lalu dikabulkan.

Belajar dari perempuan asing itu, janganlah kita cepat menyerah ketika berada dalam situasi sulit. Jangan berhenti berharap! Bagi orang yang penuh iman, situasi sulit dalam rupa penderitaan, musibah, bencana, dan penolakan adalah pendidikan yang akan memperkuat diri. Semuanya itu hadir dalam kehidupan sehari-hari bukan untuk menghancurkan, melainkan untuk mendewasakan kita. Karena itu, jangan sampai kita terpuruk karenanya, jangan sampai pula kita lari menghindarinya. Kita punya Tuhan yang selalu mengasihi dan mengasihani kita. Hadapilah hari-hari kita yang berat bersama-Nya, niscaya kita akan kuat. Berkat melimpah dari-Nya akan dinikmati oleh orang yang tegar, sabar, dan rendah hati.