Menjumpai atau Menunggu?

Rabu, 6 September 2023 – Hari Biasa Pekan XXII

72

Lukas 4:38-44

Kemudian Ia meninggalkan rumah ibadat itu dan pergi ke rumah Simon. Adapun ibu mertua Simon demam keras dan mereka meminta kepada Yesus supaya menolong dia. Maka Ia berdiri di sisi perempuan itu, lalu menghardik demam itu, dan penyakit itu pun meninggalkan dia. Perempuan itu segera bangun dan melayani mereka.

Ketika matahari terbenam, semua orang membawa kepada-Nya orang-orang sakitnya, yang menderita bermacam-macam penyakit. Ia pun meletakkan tangan-Nya atas mereka masing-masing dan menyembuhkan mereka. Dari banyak orang keluar juga setan-setan sambil berteriak: “Engkau adalah Anak Allah.” Lalu Ia dengan keras melarang mereka dan tidak memperbolehkan mereka berbicara, karena mereka tahu bahwa Ia adalah Mesias. Ketika hari siang, Yesus berangkat dan pergi ke suatu tempat yang sunyi. Tetapi orang banyak mencari Dia, lalu menemukan-Nya dan berusaha menahan Dia supaya jangan meninggalkan mereka. Tetapi Ia berkata kepada mereka: “Juga di kota-kota lain Aku harus memberitakan Injil Kerajaan Allah sebab untuk itulah Aku diutus.” Dan Ia memberitakan Injil dalam rumah-rumah ibadat di Yudea.

***

Misi Yesus membuat Dia sungguh sibuk. Yesus menyembuhkan ibu mertua Petrus. Kemudian Ia menyembuhkan orang-orang sakit dan mengusir setan-setan. Yesus juga menghendaki untuk pergi ke kota-kota lain dalam rangka memberitakan Injil.

Marilah kita mengontemplasikan Yesus yang bergerak penuh semangat. Ia berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Bagi Yesus, perjumpaan adalah hal yang utama. Yesus ingin berjumpa dengan manusia-manusia, memahami kerinduan hati mereka, dan melakukan sesuatu yang baik bagi mereka.

Yesus tidak diam menunggu. Ia tidak menjadi selebritas yang menunggu para penggemar datang berduyun-duyun untuk menyapa-Nya. Yesus bergerak keluar, mengusahakan perjumpaan, karena di sanalah ada gerak bersama ketika wajah berjumpa dengan wajah. Perjumpaan yang konkret membawa dinamika yang menghidupkan.

Yesus yang berjumpa dengan manusia adalah Allah yang dengan penuh kerinduan menyapa ciptaan-Nya. Apakah kita juga memiliki hati yang penuh kerinduan? Ataukah kita justru merasa puas diri dan hanya menunggu orang lain mendekati diri kita?

Marilah kita mohon rahmat agar hati kita penuh kerinduan untuk mengalami perjumpaan karena perjumpaan itulah jalan menuju kepenuhan.