Melihat Sang Terang

Minggu, 7 Januari 2024 – Hari Raya Penampakan Tuhan

249

Matius 2:1-12

Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem dan bertanya-tanya: “Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia.” Ketika raja Herodes mendengar hal itu terkejutlah ia beserta seluruh Yerusalem. Maka dikumpulkannya semua imam kepala dan ahli Taurat bangsa Yahudi, lalu dimintanya keterangan dari mereka, di mana Mesias akan dilahirkan. Mereka berkata kepadanya: “Di Betlehem di tanah Yudea, karena demikianlah ada tertulis dalam kitab nabi: Dan engkau Betlehem, tanah Yehuda, engkau sekali-kali bukanlah yang terkecil di antara mereka yang memerintah Yehuda, karena darimulah akan bangkit seorang pemimpin, yang akan menggembalakan umat-Ku Israel.” Lalu dengan diam-diam Herodes memanggil orang-orang majus itu dan dengan teliti bertanya kepada mereka, bilamana bintang itu tampak. Kemudian ia menyuruh mereka ke Betlehem, katanya: “Pergi dan selidikilah dengan seksama hal-hal mengenai Anak itu dan segera sesudah kamu menemukan Dia, kabarkanlah kepadaku supaya aku pun datang menyembah Dia.” Setelah mendengar kata-kata raja itu, berangkatlah mereka. Dan lihatlah, bintang yang mereka lihat di Timur itu mendahului mereka hingga tiba dan berhenti di atas tempat, di mana Anak itu berada. Ketika mereka melihat bintang itu, sangat bersukacitalah mereka. Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibu-Nya, lalu sujud menyembah Dia. Mereka pun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada-Nya, yaitu emas, kemenyan dan mur. Dan karena diperingatkan dalam mimpi, supaya jangan kembali kepada Herodes, maka pulanglah mereka ke negerinya melalui jalan lain.

***

Hari ini Gereja merayakan Hari Raya Penampakan Tuhan atau Epifani. Dalam perayaan ini, Gereja memperingati orang-orang majus dari timur yang datang menyembah Yesus seraya membawa persembahan untuk-Nya. Dalam tradisi Eropa, mereka sering disebut tiga raja yang bernama Baltasar, Melkior, dan Kaspar. Kehadiran mereka mewakili bangsa-bangsa bukan Yahudi.

Nabi Yesaya dalam bacaan pertama (Yes. 60:1-6) bernubuat bahwa Yerusalem akan menjadi tempat yang ramai dikunjungi oleh orang dari segala bangsa dan bahkan raja-raja dari seluruh penjuru dunia. Mereka datang untuk melihat terang yang bercahaya. Terang itu terbit dari pinggiran Yerusalem, di sudut Kota Betlehem yang dingin dan sunyi. Terang itu adalah Bayi Yesus yang dibaringkan di palungan di antara ternak dan para gembala.

Di hadapan Bayi Yesus, para majus berlutut memberikan persembahan berupa emas, kemenyan, dan mur. Masing-masing melambangkan pemberian untuk seorang raja, imam besar, dan manusia yang akan mengalami kematian. Bersama dengan para majus di hadapan Bayi Yesus, apa yang ingin kita persembahkan kepada-Nya? Banyak barang mulia yang bisa kita pikirkan untuk dipersembahkan. Namun, mungkin Tuhan tidak membutuhkan itu semua. Persembahan yang akan menyenangkan hati-Nya adalah hati kita yang rapuh dan penuh dosa. Tuhan tidak akan menolak persembahan hati kita yang patah dan remuk, serta penuh penyesalan akan dosa.

Bayi Yesus yang lahir mengubah palungan hati kita yang awalnya sunyi, dingin, gelap, dan tak berarti menjadi terang, hangat, dan bermakna. Cahaya-Nya menerangi bukan hanya hidup kita, melainkan juga hidup orang lain yang ada di sekitar kita. Dengan memandang Bayi Yesus di palungan, kita diundang masuk ke dalam jalan terang, yaitu jalan pertobatan.

Di dalam hidup, kita dihadapkan pada kenyataan bahwa tidak semua orang bisa dan mau menerima Terang itu. Tidak semua orang menanggapi Terang itu dengan pertobatan. Penolakan tersebut di sini dilukiskan melalui sikap Herodes yang menutupi niat buruknya di hadapan para majus. Herodes tidak pernah berjumpa dengan Bayi Yesus di palungan. Hatinya telah ditutup dengan ambisi, kekuasaan, iri hati, dan ketakutan. Para majus juga adalah orang-orang terpandang, namun mereka tidak dibutakan oleh ambisi dan kekuasaan. Ilmu yang mereka miliki memberi mereka kebijaksanaan yang akhirnya membawa mereka pada sang Terang. Perjumpaan para majus dengan Bayi Yesus, sang Terang itu, membawa mereka untuk memilih “jalan lain”, yaitu jalan pertobatan. Mereka kembali ke tengah-tengah dunia sebagai manusia baru.