Siap Diutus

Senin, 28 Oktober 2024 – Pesta Santo Simon dan Yudas

69

Lukas 6:12-19

Pada waktu itu pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah. Ketika hari siang, Ia memanggil murid-murid-Nya kepada-Nya, lalu memilih dari antara mereka dua belas orang, yang disebut-Nya rasul: Simon yang juga diberi-Nya nama Petrus, dan Andreas saudara Simon, Yakobus dan Yohanes, Filipus dan Bartolomeus, Matius dan Tomas, Yakobus anak Alfeus, dan Simon yang disebut orang Zelot, Yudas anak Yakobus, dan Yudas Iskariot yang kemudian menjadi pengkhianat.

Lalu Ia turun dengan mereka dan berhenti pada suatu tempat yang datar: di situ berkumpul sejumlah besar dari murid-murid-Nya dan banyak orang lain yang datang dari seluruh Yudea dan dari Yerusalem dan dari daerah pantai Tirus dan Sidon. Mereka datang untuk mendengarkan Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka; juga mereka yang dirasuk oleh roh-roh jahat beroleh kesembuhan. Dan semua orang banyak itu berusaha menjamah Dia, karena ada kuasa yang keluar dari-Nya dan semua orang itu disembuhkan-Nya.

***

Hari ini kita merayakan Pesta Santo Simon dan Yudas. Mereka adalah rasul Kristus yang tampil dalam bacaan Injil yang kita baca dan refleksikan hari ini. Kata “rasul” berasal dari kata Yunani apostolos yang berati utusan atau orang yang diutus. Jadi, Gereja hari ini mengajak kita untuk merefleksikan makna dari rasul atau orang yang diutus.

Seorang anak di Ketapang bertanya kepada saya, “Romo, mengapa di akhir misa, saat berkat, para romo selalu mengatakan ‘pergilah kita diutus’?” Pertanyaan ini bagi saya amat mengagumkan, sebab ini berarti sang anak sudah memasuki tahap memaknai sesuatu. Ia tidak hanya menerima segala hal secara mentah.

Saya kemudian menjelaskan bahwa perkataan itu dimaksudkan supaya kita yang sudah menerima Yesus di dalam misa bisa dan siap menjalani pengutusan seperti halnya para rasul yang mau membagikan kebaikan Tuhan di dalam hidup mereka. Lalu, anak itu bertanya lagi, “Bagaimana caranya romo membagikan kebaikan Tuhan itu di dalam hidup?” Pada tahap ini, sang anak sudah melihat bahwa makna tidak berhenti di balik sebuah nilai. Makna dan nilai baru berbuah dan utuh saat dilakukan atau diwujudkan dalam perbuatan.

Saya mengatakan kepadanya bahwa cara membagikan kebaikan Tuhan adalah dengan bersyukur atas kebaikan-Nya. Ini bisa dilakukan dengan hal-hal sederhana di dalam hidup, seperti membantu pekerjaan rumah orang tua dengan penuh keriangan, dan bersyukur bahwa orang tua sudah merawat dengan baik dan bekerja keras untuk dia. “Kamu belajar dengan giat demi rasa syukurmu atas kebaikan Tuhan melalui orang tua. Syukur bahwa kamu masih diberi kesempatan belajar. Jangan lupa untuk berdoa bagi dirimu serta keluargamu.” Kemudian sang anak berkata, “Begitu ya romo.”

Seperti Simon dan Yudas yang menjadi utusan Yesus, apakah kita juga sudah menyadari bahwa sebenarnya kita juga adalah utusan Tuhan? Yakinlah bahwa dengan menyadari bahwa kita ini adalah utusan Tuhan, kita akan menjalankan perintah dan tugas yang sudah Tuhan berikan kepada kita dengan sebaik-baiknya.