
Markus 3:31-35
Lalu datanglah ibu dan saudara-saudara Yesus. Sementara mereka berdiri di luar, mereka menyuruh orang memanggil Dia. Ada orang banyak duduk mengelilingi Dia, mereka berkata kepada-Nya: “Lihat, ibu dan saudara-saudara-Mu ada di luar, dan berusaha menemui Engkau.” Jawab Yesus kepada mereka: “Siapa ibu-Ku dan siapa saudara-saudara-Ku?” Ia melihat kepada orang-orang yang duduk di sekeliling-Nya itu dan berkata: “Ini ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku! Barangsiapa melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku.”
***
Saudara-saudari, hidup menurut kehendak Allah memang membutuhkan kesungguhan hati. Sebagai langkah awal, kita harus belajar menangkap, memahami, dan menerima kehendak Allah dalam setiap peristiwa hidup kita, lebih-lebih dalam situasi sakit, penderitaan, bahkan kematian. Kita perlu belajar menelaah dan merenung untuk membedakan yang baik dan yang tidak baik. Roh Kudus akan menuntun kita. Dengarkanlah gerak Roh Kudus dan bekerja samalah dengan-Nya untuk menghadirkan kebenaran dan kekudusan.
Mereka yang melakukan kehendak Allah dipandang oleh Yesus sebagai bagian dari keluarga-Nya. Agar mampu melakukan kehendak Allah, hati kitalah yang menjadi kuncinya. Kita perlu memiliki hati yang percaya, hati yang terbuka, hati siap dibentuk, dan hati yang terus berproses. Kita dapat belajar dari Yesus yang senantiasa berdoa, sehingga hidup-Nya senantiasa sejalan dengan kehendak Allah.
Dengan doa, mengalirlah kekuatan-kekuatan rohani, serta kedekatan dan pengenalan akan Allah. Doa harus menjadi jiwa seorang murid Yesus dalam menjalani hidup, dalam melayani, dalam berpikir, dan dalam bekerja, sebagaimana diteladankan oleh St. Thomas Aquino yang kita peringati hari ini. Ide dan pikiran kita hendaknya merupakan buah dari doa, perjumpaan, dan relasi kita dengan Allah.
Saudara-saudari, mari membuka hati kita bagi kehadiran Roh Kudus melalui doa-doa yang kita panjatkan setiap hari dalam segala situasi.