Menjalani Hidup Tanpa Rasa Khawatir

Sabtu, 21 Juni 2025 – Peringatan Wajib Santo Aloisius Gonzaga

23

Matius 6:24-34

“Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.”

“Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah khawatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah khawatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting daripada makanan dan tubuh itu lebih penting daripada pakaian? Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di surga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? Siapakah di antara kamu yang karena kekhawatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? Dan mengapa kamu khawatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal, namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannya pun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya? Sebab itu janganlah kamu khawatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di surga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Sebab itu janganlah kamu khawatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.”

***

Menjelang akhir khotbah-Nya di bukit, Yesus mengajak orang-orang yang mendengarkan-Nya untuk menjadi hamba Allah yang sejati dengan mengabdi hanya kepada Allah saja. Mereka tidak boleh mendua dengan mengabdi juga kepada Mamon, sebab kesetiaan kepada dua tuan adalah sesuatu yang tidak memungkinkan. Yang dimaksud dengan Mamon adalah harta kekayaan, tetapi istilah ini lama-kelamaan menyempit, sehingga terutama menunjuk pada uang.

Orang tidak mungkin menjadi hamba Tuhan dan hamba uang secara bersamaan. Kalau itu terjadi, sudah pasti hati orang itu akan bercabang. Kesetiaannya kepada Allah semu belaka. Dia akan menjadi kurang percaya kepada Allah, dan mengabdi kepada-Nya tidak dengan sepenuh hati. Alih-alih percaya kepada kuasa Allah dengan sungguh-sungguh, dia akan terbujuk untuk lebih percaya kepada kekuatan uang. 

Berkaitan dengan itu, Yesus mengajak para pendengar-Nya untuk tidak khawatir dalam hidup mereka: Khawatir apakah mereka bisa makan, khawatir akan pakaian, dan khawatir akan hal-hal lainnya. Mereka tidak perlu khawatir akan segala sesuatu karena Bapa adalah Allah yang mahakuasa, Allah yang mahabaik, dan Allah yang berbelaskasihan. Kehidupan Ia selenggarakan dengan sebaik-baiknya, sehingga kebutuhan makhluk-makhluk ciptaan selalu Ia perhatikan. Tidak ada yang luput dari perhatian dan kasih sayang Bapa. Itulah sebabnya orang hendaknya tidak mengandalkan uang, harta benda, kemampuan sendiri, ataupun orang lain. Mereka hanya perlu mengandalkan satu pihak saja, yakni Tuhan. 

Ajaran Yesus ini jangan dijadikan pembenaran bagi kita untuk bermalas-malasan, enggan bekerja, dan tidur-tiduran sepanjang hari, sebab berpandangan bahwa segala sesuatunya pasti akan disediakan oleh Tuhan. Bukan begitu. Yesus sesungguhnya mengajak kita untuk menjalani hidup ini dengan penuh kesadaran akan penyertaan Tuhan. Hidup kita penuh berkat jika kita menyadari bahwa Tuhan selalu bersama kita. Karena itu, jalanilah hidup dengan penuh sukacita, tanpa rasa khawatir sedikit pun. Tuhan menyertai kita, memberkati usaha kita, dan mencukupi apa yang kita perlukan dalam hidup ini.