Marilah Datang kepada-Ku

Kamis, 16 Juli 2020 – Hari Biasa Pekan XV

132

Matius 11:28-30

“Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan.”

***

Perikop hari ini sangat dekat dengan perikop kemarin karena merupakan lanjutan ungkapan syukur yang dipanjatkan Yesus. Tidak hanya berhenti dengan rasa syukur, Yesus juga menyatakan kasih dari Bapa kepada semua orang. Ia berkata, “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.”

Lemah lembut dan rendah hati merupakan sikap yang muncul dari dalam diri. Pribadi yang lemah lembut bukan berarti melakukan segala sesuatunya dengan pelan dan tidak bersuara keras, melainkan orang-orang yang berbicara dengan penuh kasih. Mereka ini senantiasa menghadirkan kesejukan dan ketulusan yang tidak dibuat-buat. Sementara itu, rendah hati tidak sama dengan sikap rendah diri. Mereka yang rendah hati adalah pribadi-pibadi yang menyadari bahwa semua kecakapan, kepandaian, dan kelebihan diterima dari Allah sebagai berkat. Di hadapan Allah, manusia tetap kecil. Sikap lemah lembut dan rendah hati kita temukan dalam pribadi Yesus Kristus.

Hari ini Yesus terutama menyapa mereka yang letih lesu dan berbeban berat. Pada masa itu, hidup masyarakat memang dibebani oleh berbagai macam peraturan yang sangat memberatkan. Kaum Farisi menerapkan hukum-hukum yang harus dilaksanakan secara ketat, tanpa peduli bahwa hukum-hukum itu bisa jadi memperalat orang-orang lemah dan membungkam kebenaran. Itulah kuk yang mereka pasang bagi orang lain.

Namun, cara pandang dan cara hidup Yesus berbeda dengan mereka. Tidak seperti orang Farisi, Yesus hidup menyatu bersama masyarakat. Ia melepaskan orang yang terbelenggu dosa, membebaskan mereka yang terancam maut, juga memberi makan orang-orang yang kelaparan. Alih-alih mengambil untung dari pelayanan-Nya, Yesus malah memberikan apa yang dimiliki-Nya. Puncaknya adalah pemberian diri dalam penderitaan dan kematian di kayu salib. Karena itulah Allah Bapa mengagungkan Putra-Nya ini.

Ajakan Yesus untuk datang kepada-Nya menyentuh hati banyak orang. Dengan membaca dan merenungkannya saja, kita sudah merasakan kelegaan secara rohani oleh karena diterima, dikasihi, dan diakui apa adanya. Mengundang orang miskin atau mendengarkan orang yang bermasalah memang butuh waktu dan  kesabaran. Namun, bukanlah sikap tersebut merupakan teladan dari Guru kita? Pengalaman saya, kadang orang yang datang hanya ingin didengarkan. Mereka tidak meminta kita memberikan solusi yang jitu atas permasalahan yang mereka hadapi. Setelah didengarkan dengan hati, mereka pulang dengan tersenyum, bahkan menjadi sahabat kita.