Tempat Suci

Senin, 5 Februari 2018 – Peringatan Wajib Santa Agata

325

1 Raja-raja 8:1-7, 9-13

Pada waktu itu raja Salomo menyuruh para tua-tua Israel dan semua kepala suku, yakni para pemimpin puak orang Israel, berkumpul di hadapannya di Yerusalem, untuk mengangkut tabut perjanjian TUHAN dari kota Daud, yaitu Sion. Maka pada hari raya di bulan Etanim, yakni bulan ketujuh, berkumpullah di hadapan raja Salomo semua orang Israel. Setelah semua tua-tua Israel datang, maka imam-imam mengangkat tabut itu. Mereka mengangkut tabut TUHAN dan Kemah Pertemuan dan segala barang kudus yang ada dalam kemah itu; semuanya itu diangkut oleh imam-imam dan orang-orang Lewi. Tetapi raja Salomo dan segenap umat Israel yang sudah berkumpul di hadapannya, berdiri bersama-sama dengan dia di depan tabut itu, dan mempersembahkan kambing domba dan lembu sapi yang tidak terhitung dan tidak terbilang banyaknya. Kemudian imam-imam membawa tabut perjanjian TUHAN itu ke tempatnya, di ruang belakang rumah itu, di tempat maha kudus, tepat di bawah sayap kerub-kerub; sebab kerub-kerub itu mengembangkan kedua sayapnya di atas tempat tabut itu, sehingga kerub-kerub itu menudungi tabut serta kayu-kayu pengusungnya dari atas.

Dalam tabut itu tidak ada apa-apa selain dari kedua loh batu yang diletakkan Musa ke dalamnya di gunung Horeb, yakni loh-loh batu bertuliskan perjanjian yang diadakan TUHAN dengan orang Israel pada waktu perjalanan mereka keluar dari tanah Mesir.

Ketika imam-imam keluar dari tempat kudus, datanglah awan memenuhi rumah TUHAN, sehingga imam-imam tidak tahan berdiri untuk menyelenggarakan kebaktian oleh karena awan itu, sebab kemuliaan TUHAN memenuhi rumah TUHAN. Pada waktu itu berkatalah Salomo: “TUHAN telah menetapkan matahari di langit, tetapi Ia memutuskan untuk diam dalam kekelaman. Sekarang, aku telah mendirikan rumah kediaman bagi-Mu, tempat Engkau menetap selama-lamanya.”

***

Ulasan

Raja Salomo sudah menyelesaikan pembangunan Bait Allah di Yerusalem. Pada dasarnya, bangunan utama Bait Allah ini terdiri dari dua ruangan: Ruang Mahakudus (di bagian belakang) dan Ruang Kudus (di bagian depan). Ruang Mahakudus itu sepuluh meter panjangnya, sepuluh meter lebarnya, dan sepuluh meter tingginya. Dinding dan langit-langit ruangan itu dilapisi dengan lembaran emas. Di depan ruang ini direntangkan tabir yang membatasinya dengan Ruang Kudus. Di dalam Ruang Mahakudus ditempatkan dua kerub yang dibuat dari kayu, masing-masing tingginya lima meter. Kerub adalah makhluk yang berbadan binatang, bersayap burung, dan berkepala manusia.

Sesudah itu, Raja Salomo mengantur upacara pemindahan Tabut Perjanjian ke Bait Allah. Sebelumnya, tabut ini disimpan di dalam Kemah Pertemuan, yang didirikan di suatu tempat di Yerusalem. Raja dan seluruh rakyat hadir dalam upacara besar ini. Para imam mempunyai tanggung jawab khusus karena merekalah yang bertugas untuk mengangkut Tabut Perjanjian. Raja dan seluruh umat mempersembahkan kambing domba dan lembu sapi yang tak terbilang jumlahnya untuk menyambut kedatangan Tabut Perjanjian. Para imam membawa tabut itu ke dalam Ruang Mahakudus dan menempatkannya tepat di bawah sayap kedua kerub yang ada di dalamnya.

Tabut Perjanjian dibuat dari kayu penaga (= akasia) dengan panjang dua setengah hasta (1,25 m), lebar satu setengah hasta (0,75 m), dan tinggi satu setengah hasta (0,75 m). Tabut itu disalut dengan emas murni, baik di bagian dalam maupun di bagian luar. Pada keempat sudutnya dipasang gelang emas, tempat menaruh kayu pengusung yang juga dibuat dari kayu penaga yang disalut dengan emas. Di dalam tabut ini disimpan loh-loh batu yang bertuliskan perjanjian yang diadakan TUHAN dengan orang Israel di Gunung Sinai.

Untuk menutup tabut itu dibuat tutup pendamaian dari emas murni. Di kedua ujung tutup pendamaian dipasang dua kerub dari emas tempaan. Kerub-kerub ini melambangkan takhta YHWH semesta alam “yang bertakhta di atas kerubim” (bdk. 1Raj. 8:6-7). Kedua kerub mengembangkan kedua sayapnya. Sayap-sayap itu menudungi tutup pendamaian, sementara muka mereka saling berhadapan.

Di situlah, yakni di atas tutup pendamaian, di antara dua kerub itu, YHWH menjumpai Musa dan menyampaikan segala perintah-Nya untuk orang Israel (Kel. 25:22). Dengan demikian, Tabut Perjanjian berperan sebagai pernyataan kehadiran YHWH di tengah bangsa Israel. Allah yang menyertai Israel hadir dalam Tabut Perjanjian yang dibuat menurut perintah-Nya sendiri. Tabut menjadi sarana dan tempat kehadiran Allah, sehingga orang Israel dapat menghadap Allah dengan pergi ke tabut tersebut (bdk. Bil. 10:35-36).

Ketika para imam keluar dari tempat kudus, awan memenuhi Bait Allah dan kemuliaan TUHAN memenuhi rumah Tuhan. Pada waktu itulah Raja Salomo berkata, “TUHAN telah menetapkan matahari di langit, tetapi Ia memutuskan untuk diam dalam kekelaman. Sekarang, aku telah mendirikan rumah kediaman bagi-Mu, tempat Engkau menetap selama-lamanya.” Pernyataan Salomo ini dengan jelas menyatakan bahwa sejak saat itu Allah Pencipta Alam Semesta tinggal di dalam Bait Allah yang didirikannya itu.

Pesan

Tempat suci menjadi sarana kehadiran Allah di dunia, dan orang beriman dapat menghadap ke hadirat Allah dengan pergi ke tempat suci itu. Tempat suci dan benda-benda suci yang ada di dalamnya bukanlah Allah, tetapi merupakan sarana untuk beribadah kepada-Nya. Keyakinan serta kesadaran bahwa Allah hadir di dunia ini merupakan penghiburan bagi orang beriman. Allah menyertai mereka dalam perjalanan hidup di dunia, dan orang beriman dapat senantiasa datang kepada-Nya untuk memuji, memohon, dan mengucap syukur atas segala karya-Nya.