Komunitas

Sabtu, 28 April 2018 – Hari Biasa Pekan IV Paskah

125

Yohanes 14:7-14

“Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapa-Ku. Sekarang ini kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia.”

Kata Filipus kepada-Nya: “Tuhan, tunjukkanlah Bapa itu kepada kami, itu sudah cukup bagi kami.” Kata Yesus kepadanya: “Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami. Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku? Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaan-Nya.

Percayalah kepada-Ku, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku; atau setidak-tidaknya, percayalah karena pekerjaan-pekerjaan itu sendiri. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu. Sebab Aku pergi kepada Bapa; dan apa juga yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya, supaya Bapa dipermuliakan di dalam Anak. Jika kamu meminta sesuatu kepada-Ku dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya.”

***

Apa jadinya kalau Yesus mewartakan diri-Nya sendiri? Apa jadinya kalau Yesus tidak pernah dalam kesadaran bahwa Ia ada bersama dengan Bapa? Popularitas mungkin akan memabukkan diri-Nya dan Ia bisa jadi lalu gemar memamerkan kehebatan-Nya. Dia akan senang ketika banyak orang memberikan tepuk tangan dan melontarkan puji-pujian. Dia juga akan berusaha sekuat tenaga agar orang terkesan kepada-Nya dan kagum akan kehebatan-Nya. Demikian yang dapat kita bayangkan kalau Yesus tidak menjaga kesatuan-Nya dengan Bapa dalam karya perutusan-Nya. Kalau demikian yang terjadi, tentu akan tidak ada salib.

Namun, Yesus tidak bersikap seperti itu. Hari ini ia menegaskan: “Barangsiapa melihat Aku, Dia melihat Bapa-Ku. Aku melakukan perkerjaan-pekerjaan BapaKu.” Sejak awal, Yesus menyadari bahwa kehadiran-Nya di dunia adalah dalam rangka menjalani tugas perutusan dari Bapa. Pekerjaan yang dilakukan-Nya tidak pernah lepas dari Bapa yang mengutus-Nya. Hari ini Yesus bahkan menegaskan bahwa barangsiapa melihat Dia, ia melihat Bapa yang mengutus-Nya. Barangsiapa berjumpa dengan Yesus sudah tentu juga ia akan merasakan perjumpaan dengan Bapa, begitu kira-kira maksudnya.

Panggilan memang bersifat personal, namun perutusan ada dalam konteks kebersamaan. Yesus memberi teladan akan hal itu. Bukan hanya soal mewartakan Bapa, ini dapat pula dibaca sebagai teladan Yesus dalam membangun komunitas dengan Bapa-Nya. Bersama Bapa, Yesus menjalankan perutusan-Nya di dunia. Setelah Dia pergi ke surga, Dia mengutus Roh Kudus. Karena itu, Allah Tritunggal pun tidak lain juga teladan dalam hidup berkomunitas. Relasi cinta antara Bapa, Putra, dan Roh Kudus adalah relasi sebuah komunitas. Yang satu tidak akan berjalan sendiri tanpa ikatan kasih dengan yang lain.

Bukankah demikian pula halnya dengan kita? Semakin kita berusaha berjalan sendiri dalam menjalani karya perutusan kita tanpa kerja sama dengan orang lain, alih alih mewartakan kehebatan Tuhan dalam hidup kita, kita malah akan cenderung mewartakan kehebatan diri sendiri.