Relasi yang Erat dengan Tuhan

Jumat, 1 Juni 2018 – Peringatan Wajib Santo Yustinus

208

Markus 11:11-26

Sesampainya di Yerusalem Ia masuk ke Bait Allah. Di sana Ia meninjau semuanya, tetapi sebab hari sudah hampir malam Ia keluar ke Betania bersama dengan kedua belas murid-Nya.

Keesokan harinya sesudah Yesus dan kedua belas murid-Nya meninggalkan Betania, Yesus merasa lapar. Dan dari jauh Ia melihat pohon ara yang sudah berdaun. Ia mendekatinya untuk melihat kalau-kalau Ia mendapat apa-apa pada pohon itu. Tetapi waktu Ia tiba di situ, Ia tidak mendapat apa-apa selain daun-daun saja, sebab memang bukan musim buah ara. Maka kata-Nya kepada pohon itu: “Jangan lagi seorang pun makan buahmu selama-lamanya!” Dan murid-murid-Nya pun mendengarnya.

Lalu tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Yerusalem. Sesudah Yesus masuk ke Bait Allah, mulailah Ia mengusir orang-orang yang berjual beli di halaman Bait Allah. Meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati dibalikkan-Nya, dan Ia tidak memperbolehkan orang membawa barang-barang melintasi halaman Bait Allah. Lalu Ia mengajar mereka, kata-Nya: “Bukankah ada tertulis: Rumah-Ku akan disebut rumah doa bagi segala bangsa? Tetapi kamu ini telah menjadikannya sarang penyamun!” Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat mendengar tentang peristiwa itu, dan mereka berusaha untuk membinasakan Dia, sebab mereka takut kepada-Nya, melihat seluruh orang banyak takjub akan pengajaran-Nya. Menjelang malam mereka keluar lagi dari kota.

Pagi-pagi ketika Yesus dan murid-murid-Nya lewat, mereka melihat pohon ara tadi sudah kering sampai ke akar-akarnya. Maka teringatlah Petrus akan apa yang telah terjadi, lalu ia berkata kepada Yesus: “Rabi, lihatlah, pohon ara yang Kaukutuk itu sudah kering.” Yesus menjawab mereka: “Percayalah kepada Allah! Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! Asal tidak bimbang hatinya, tetapi percaya, bahwa apa yang dikatakannya itu akan terjadi, maka hal itu akan terjadi baginya. Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu. Dan jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di surga mengampuni kesalahan-kesalahanmu.” [Tetapi jika kamu tidak mengampuni, maka Bapamu yang di surga juga tidak akan mengampuni kesalahan-kesalahanmu.]

***

Percaya kepada Tuhan akan menghasilkan buah. Kepercayaan ini akan mendorong kita untuk selalu datang dan mendekat kepada-Nya. Kedekatan dengan Tuhan selalu menghasilkan buah yang baik bagi diri kita sendiri maupun bagi orang lain. Buah-buah yang muncul misalnya saja kesabaran, kerendahan hati, dan keterbukaan terhadap sesama.

Banyak orang mendapatkan pengalaman hidup rohani dengan berdoa secara rutin. Doa dapat mengubah diri manusia. Doa juga mampu menjadi penuntun dalam kehidupan. Doa sungguh-sungguh merupakan bagian hidup yang tidak terpisahkan dan tidak dapat ditinggalkan oleh manusia. Bagaimana dengan pengalaman kita pribadi? Apakah hal-hal tersebut juga kita rasakan? Atau, apakah kita justru sulit berdoa?

Memiliki relasi yang dekat dengan Tuhan sudah pasti menjadi kerinduan kita semua. Namun, kita mempunyai banyak kelemahan yang menjadi penghalang bagi terwujudnya harapan tersebut dan malah membuat kita jauh dari-Nya. Ketika sedang dirundung malang atau dikuasai emosi, misalnya, kita sering kali enggan untuk tunduk kepada-Nya dan mendengarkan suara-Nya.

Membangun relasi yang erat dengan Tuhan dengan demikian merupakan “sekolah rohani seumur hidup.” Kita hendaknya mengusahakan hal itu sepanjang usia. Untuk itu, Gereja menyediakan sejumlah sarana, misalnya dengan doa, Ekatisti, maupun pembacaan firman. Semoga sarana itu kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya agar kita pada akhirnya sungguh menjadi manusia baru dalam Kristus.