Datang dan Mencari

Sabtu, 29 September 2018 – Pesta Santo Mikael, Gabriel, dan Rafael

145

Yohanes 1:47-51

Kata Filipus kepadanya: “Mari dan lihatlah!” Yesus melihat Natanael datang kepada-Nya, lalu berkata tentang dia: “Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!” Kata Natanael kepada-Nya: “Bagaimana Engkau mengenal aku?” Jawab Yesus kepadanya: “Sebelum Filipus memanggil engkau, Aku telah melihat engkau di bawah pohon ara.” Kata Natanael kepada-Nya: “Rabi, Engkau Anak Allah, Engkau Raja orang Israel!” Yesus menjawab, kata-Nya: “Karena Aku berkata kepadamu: Aku melihat engkau di bawah pohon ara, maka engkau percaya? Engkau akan melihat hal-hal yang lebih besar dari pada itu.” Lalu kata Yesus kepadanya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya engkau akan melihat langit terbuka dan malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia.”

***

Dalam bacaan Injil kali ini, kita bertemu dengan Natanael, sosok yang menarik untuk kita renungkan. Disebutkan bahwa Natanael datang kepada Yesus. Datang barangkali adalah perkara yang sederhana. Namun, ada banyak juga orang yang kesulitan untuk melakukan hal ini dalam hidupnya, yakni untuk datang kepada Yesus, untuk datang dan mencari sang Sumber Kebenaran Sejati.

Suatu kali saya sowan ke beberapa pesantren di sekitar Magelang untuk mengunjungi para kyai pengasuh pesantren-pesantren tersebut. Sampailah saya ke sebuah pesantren yang cukup besar dan sudah tua. Kurang lebih ada empat ratusan santri yang belajar agama di tempat itu. Saya iseng bertanya kepada pak kyai, “Pak, apa ada tes masuk?” Pak Kyai tersenyum dan menjawab, “Tidak ada, Romo. Mereka mau datang dan belajar di tempat ini saja sudah sesuatu yang istimewa. Kami sangat memberi apresiasi. Karena itu, kami menerima semua yang datang dan mencari sang Sumber Kebenaran di tempat ini.”

Saudara-saudari sekalian, sudahkah kita datang kepada Yesus hari ini? Kalau jawabannya “sudah,” apakah itu hanya sebuah rutinitas? Apakah kita datang kepada Yesus hanya kalau ada keperluan: perlu uang, perlu jodoh, perlu agar skripsi lekas selesai, dan lain sebagainya? Ataukah itu sungguh-sungguh merupakan kehendak hati kita yang terdalam bahwa kita tergerak untuk meluangkan waktu bagi Tuhan setiap hari? Bersama-sama, marilah kita datang kepada Yesus dengan hati yang tulus dan terbuka.