Paulus Melawan Arus Individualisme (7)

603

Menjadikan dirinya sebagai hamba Kristus dan hamba semua orang

Sikap dan tindakan Paulus yang rela menjadi hamba semua orang (1Kor. 9:19-23) dijadikan sebagai model ketiga dalam melawan arus individualisme. Paulus, yang melihat dirinya sebagai seorang rasul yang bebas merdeka (1Kor. 9:1), rela menjadikan dirinya hamba bagi semua orang. Kata Yunani yang digunakannya untuk hamba (doulos) dapat juga berarti pelayan.

Paulus dengan bangga menyebut dirinya “hamba Kristus” (Rm. 1:1; Flp. 1:1; Gal. 1:10; 1Kor. 7:22; 9:16-18) dan “hamba semua orang” (1Kor. 3:5; 9:19-23; 2Kor. 4:5). Sebutan serupa digunakannya untuk rekan-rekannya (Kol. 1:7; 4:7, 12). Sebagai hamba Kristus, Paulus dan rekan-rekannya tidak melakukan apa yang mereka kehendaki, tetapi apa yang Kristus kehendaki. Mereka menjalankan tugas berdasarkan otoritas dan standar yang diberikan oleh Kristus. Tugas mereka hanyalah menyediakan waktu, talenta, dan energi untuk melaksanakan misi pewartaan Injil sesuai dengan kehendak-Nya.

Paulus, yang menyebut dirinya rasul yang bebas merdeka, rela menjadikan dirinya sebagai hamba Kristus dan hamba semua orang. “Sungguhpun aku bebas terhadap semua orang, aku menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku boleh memenangkan sebanyak mungkin orang” (1Kor. 9:19). Menjadikan diri sebagai hamba atau pelayan tidak dianggapnya sebagai suatu bentuk pembatasan kebebasan pribadi, tetapi suatu bentuk pilihan dan komitmen bebas untuk taat kepada Yesus Kristus dan semua yang diperintahkan-Nya.[1] Menjadikan diri sebagai hamba atau pelayan juga tidak berarti menanggalkan identitas diri atau mengorbankan prinsip-prinsip dalam pewartaan Injil.[2]

Bagi Paulus, menjadikan diri sebagai hamba atau pelayan Kristus diartikannya sebagai suatu bentuk dan wujud kesetiaan serta ketaatan totalnya kepada pribadi Yesus Kristus dengan seluruh kehendak-Nya. Dengan menjadikan dirinya sebagai hamba Kristus dan hamba semua orang (1Kor. 9:19; 2Kor. 4:5), ia mengikuti teladan hidup Yesus sendiri yang juga rela merendahkan diri-Nya dengan menjadi seorang hamba sebagai bentuk dan wujud ketaatan kepada Allah dan seluruh kehendak-Nya (Flp. 2:6-8). Yesus memang datang ke dunia ini bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang (Mrk. 10:45).

(Bersambung)

[1] Witherup, 101 Questions and answers on Paul, 162.

[2] George T. Montague, First Corinthians (Grand Rapids: Eerdmans, 2011), 159.