Iman dan Tindakan

Jumat, 11 Januari 2019 – Hari Biasa Sesudah Penampakan Tuhan

156

Lukas 5:12-16

Pada suatu kali Yesus berada dalam sebuah kota. Di situ ada seorang yang penuh kusta. Ketika ia melihat Yesus, tersungkurlah ia dan memohon: “Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku.” Lalu Yesus mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu, dan berkata: “Aku mau, jadilah engkau tahir.” Seketika itu juga lenyaplah penyakit kustanya. Yesus melarang orang itu memberitahukannya kepada siapa pun juga dan berkata: “Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah untuk pentahiranmu persembahan seperti yang diperintahkan Musa, sebagai bukti bagi mereka.” Tetapi kabar tentang Yesus makin jauh tersiar dan datanglah orang banyak berbondong-bondong kepada-Nya untuk mendengar Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka. Akan tetapi Ia mengundurkan diri ke tempat-tempat yang sunyi dan berdoa.

***

Dalam bacaan pertama (1Yoh. 5:5-13) ditegaskan bahwa iman atau kepercayaan kepada Kristus merupakan syarat untuk mengalahkan dunia ini. Yesus Kristus datang ke dunia dengan darah dan air. Roh memberikan kesaksian akan hal itu sebab Roh tersebut adalah Roh Kebenaran. Roh, darah, dan air adalah tiga unsur yang memberikan kesaksian bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah. Selain tiga kesaksian itu, ada kesaksian lain yang lebih kuat, yakni kesaksian dari Allah sendiri. Kalau kita percaya atau beriman, itu artinya kita bersaksi atas kebenaran kesaksian Allah akan Anak-Nya.

Di akhir perikop, penulis mengemukakan tujuan penulisan suratnya, yakni supaya para pendengarnya percaya kepada Yesus Kristus, Anak Allah. Dengan itu, kehidupan kekal menjadi nyata dalam diri semua orang.

Iman atau kepercayaan terlihat jelas dalam usaha dan keseriusan permohonan si kusta dalam bacaan Injil hari ini. Ia memohon kepada Yesus untuk ditahirkan. Iman dan kepercayaan si kusta terlihat dalam keyakinannya yang tanpa syarat akan kuasa dan daya penyembuhan yang berasal dari sosok Yesus yang ia jumpai. Orang kusta ini adalah simbolisasi orang-orang kecil dan sederhana. Ia menderita dan tidak memiliki daya apa pun. Bagi orang-orang semacam ini, iman dan keyakinan tidak lain adalah penyerahan diri. Tanpa syarat apa pun, mereka mengandalkan Tuhan dalam pergumulan-pergumulan hidup yang mereka hadapi.