Berdoa Tanpa Henti

Minggu, 20 Oktober 2019 – Hari Minggu Biasa XXIX

390

Lukas 18:1-8

Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan, bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu. Kata-Nya: “Dalam sebuah kota ada seorang hakim yang tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorang pun. Dan di kota itu ada seorang janda yang selalu datang kepada hakim itu dan berkata: Belalah hakku terhadap lawanku. Beberapa waktu lamanya hakim itu menolak. Tetapi kemudian ia berkata dalam hatinya: Walaupun aku tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorang pun, namun karena janda ini menyusahkan aku, baiklah aku membenarkan dia, supaya jangan terus saja ia datang dan akhirnya menyerang aku.” Kata Tuhan: “Camkanlah apa yang dikatakan hakim yang lalim itu! Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka? Aku berkata kepadamu: Ia akan segera membenarkan mereka. Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?”

***

Kata “tolong” sering diajarkan oleh para orang tua saat mengajarkan sikap yang baik kepada anak-anak mereka. Jika menginginkan sesuatu, jangan lupa berkata “tolong.” Mungkin terdengar sepele, namun kiranya ini penting demi pembiasaan sikap yang baik. Dengan sikap yang demikian, orang yang dimintai pertolongan pasti akan mempertimbangkan untuk memberikan bantuan.

Mengenai permintaan pertolongan, Yesus mengundang kita untuk tidak jemu-jemunya berdoa. Kepada siapa kita berdoa tanpa jemu? Tentunya kepada Allah. Untuk apa? Tidak lain demi kebaikan hidup kita sendiri. Namun, permintaan tolong tidak hanya sekadar ucapan. Allah menghendaki agar setiap permintaan tolong menjadi sarana bagi manusia untuk berlatih dan menempa diri. Hendaknya kita mau belajar dari setiap permintaan tolong yang kita ungkapkan kepada Allah.

Berdoa tanpa henti dilakukan siang maupun malam. Apabila hakim yang tidak adil saja mau mendengarkan seruan seorang janda, lebih-lebih Allah yang penuh belas kasih. Ia pasti akan mendengarkan doa setiap orang yang berseru kepada-Nya. Allah tidak akan mengulur-ulur waktu untuk mendengarkan doa, terutama doa mereka yang tertindas. Namun, Allah sendiri menentukan waktu yang tepat untuk terkabulnya semua doa itu.

Seruan minta tolong selalu didengarkan Allah. Setiap manusia yang berseru kepada-Nya tidak akan pernah diabaikan. Akan tetapi, kita perlu menyadari bahwa doa bukanlah suatu mantra yang seketika langsung terwujud, seperti membalikkan telapak tangan. Doa membutuhkan iman. Dengan iman, manusia belajar tentang perjumpaan dengan Allah dan bagaimana cara berkomunikasi dengan-Nya.

Melalui doa, kita semakin menjalin relasi yang mesra dengan Allah. Doa tidak lagi sebatas permohonan minta tolong, tetapi menjadi suatu perjumpaan kasih dengan Allah. Saat doa yang terus-menerus dipanjatkan menjadikan kita mampu menemukan relasi yang mendalam dengan-Nya, saat itu pulalah kita tahu mana bagian terpenting dalam hidup kita.

Hanya dengan bertahan dalam doa, kita bertahan dalam kesulitan dan dalam iman. Hanya dengan doa, orang semakin menyerahkan diri kepada Allah. Doa kita mungkin tidak dapat mengubah orang lain, tetapi setidaknya dapat mengubah hidup kita sendiri. Kita bertekun dalam doa supaya memperoleh iman yang kuat. Setiap doa yang tanpa henti melahirkan iman. Yesus juga berharap bahwa saat kembali ke bumi, Ia menemukan manusia beriman. Apakah Ia akan menemukan iman seperti yang dimiliki oleh janda itu yang selalu berseru kepada Allah? Inilah artinya bahwa doa kita hendaknya selalu didengungkan dan dilantunkan dari dalam pergulatan hidup kita.