Pelita yang Menerangi Kegelapan

Kamis, 30 Januari 2020 – Hari Biasa Pekan III

304

Markus 4:21-25

Lalu Yesus berkata kepada mereka: “Orang membawa pelita bukan supaya ditempatkan di bawah gantang atau di bawah tempat tidur, melainkan supaya ditaruh di atas kaki dian. Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan tersingkap. Barangsiapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!”

Lalu Ia berkata lagi: “Camkanlah apa yang kamu dengar! Ukuran yang kamu pakai untuk mengukur akan diukurkan kepadamu, dan di samping itu akan ditambah lagi kepadamu. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan diambil darinya.”

***

Saat itu, Yesus berada di tepi danau (Mrk. 4:1-34). Orang banyak mengerumuni Dia, dan Yesus memakai kesempatan ini untuk mengajar mereka. Ia mengajar dari atas sebuah perahu, sementara orang-orang mendengarkan-Nya di daratan. Dalam kesempatan itu, Yesus menyampaikan tiga perumpamaan, yakni perumpamaan tentang seorang penabur, tentang pertumbuhan benih, dan tentang biji sesawi. Ketiga perumpamaan tersebut memiliki kesamaan, yakni sama-sama berbicara tentang benih. Dengan caranya masing-masing, ketiganya juga sama-sama berbicara tentang Kerajaan Allah.

Sesudah menyampaikan perumpamaan pertama, yakni perumpamaan tentang penabur, Yesus berbicara tentang pelita dan tentang ukuran. Itulah bacaan Injil kita hari ini (Mrk. 4:21-25). Meskipun kadang-kadang disebut juga sebagai perumpamaan, akan lebih tepat kalau kedua hal itu disebut pengajaran atau diskursus.

Pengajaran pertama adalah tentang pelita. Pelita yang menyala tidak akan ditaruh di bawah tempat tidur, sebab tentu saja tidak ada gunanya. Pelita yang menyala umumnya diletakkan di tempat yang terbuka agar bisa menerangi seisi ruangan. Pengajaran ini kiranya dapat kita mengerti dengan mudah. Ketika listrik mati malam-malam, kita perlu menyalakan lilin agar terbebas dari kegelapan. Lilin tersebut tentunya tidak akan kita taruh di bawah tempat tidur atau di tempat yang tersembunyi, melainkan di atas meja atau lemari, sehingga ruangan sampai ke sudut-sudutnya menjadi terang kembali.  

Selanjutnya Yesus berbicara tentang ukuran. Menurut-Nya, ukuran yang kita pakai untuk mengukur akan dipakai pula untuk mengukur kita sendiri. “Siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan diambil darinya,” demikian Yesus menegaskan.

Apa yang hendak disampaikan Yesus dengan dua pengajaran itu? Yang dimaksud dengan pelita kiranya adalah perkataan dan ajaran-ajaran Yesus sendiri. Perkataan dan ajaran-ajaran Yesus adalah pelita yang seharusnya memancarkan terang. Kita tidak boleh menutupinya, tetapi harus berusaha agar terang itu menembus segala tempat yang dirundung kegelapan. Sementara itu, pengajaran tentang ukuran mau menantang komitmen kita setelah mendengarkan perkataan dan ajaran-ajaran Yesus. Apakah kita mau menerima Yesus? Bersediakah kita membuka hati bagi ajaran-ajaran-Nya? Jika jawabannya adalah “ya,” keterbukaan itu akan mendatangkan berkat yang berlimpah bagi kita.

Umat beriman seperti apakah orang Katolik masa kini? Pertanyaan ini boleh kita tanyakan pada diri kita sendiri setelah mendengarkan pengajaran Yesus di atas. Kita diharapkan menjadi pelita yang membawa terang dan yang mengusir kegelapan. Sudahkah tugas dan tanggung jawab itu kita laksanakan? Ataukah kita lebih nyaman menjadi pelita yang berada di bawah tempat tidur, pelita yang bersembunyi, mengingat akhir-akhir ini situasi rasanya kurang kondusif bagi kita selaku umat minoritas di negeri ini? Apakah kita malu dan takut untuk bersaksi bahwa kita ini mengimani Yesus?