Menjumpai Kristus dalam Diri Orang-orang Kecil

Senin, 2 Maret 2020 – Hari Biasa Pekan I Prapaskah

1282

Matius 25:31-46

“Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya. Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing, dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya dan kambing-kambing di sebelah kiri-Nya. Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan. Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku. Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum? Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian? Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau? Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku. Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiri-Nya: Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya. Sebab ketika Aku lapar, kamu tidak memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu tidak memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu tidak memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu tidak memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit dan dalam penjara, kamu tidak melawat Aku. Lalu mereka pun akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar, atau haus, atau sebagai orang asing, atau telanjang atau sakit, atau dalam penjara dan kami tidak melayani Engkau? Maka Ia akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku. Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal.”

***

Para peternak pada zaman Yesus biasanya memisahkan kambing dan domba di sore hari. Sepanjang hari kedua jenis binatang ini digembalakan bersama. Kambing membantu para gembala untuk menuntun kawanan domba yang mudah kehilangan arah. Saat malam, giliran kambing yang dibantu domba. Karena berbulu tipis, kambing-kambing harus dikandangkan atau ditidurkan di bagian dalam, dikelilingi oleh domba-domba yang memberikan kehangatan karena berbulu tebal.

Ungkapan “saudara-Ku yang paling hina” umumnya dipakai Matius untuk menunjuk jemaat Kristen, sedangkan “semua bangsa” menunjuk pada semua orang non-Kristen. Pertanyaan pokok yang mau dijawab Matius adalah: “Apa yang akan dilakukan Allah terhadap mereka yang berada di luar jemaat Kristen?” Kriteria bagi mereka saat pengadilan terakhir adalah bagaimana mereka memperlakukan pengikut Kristus yang menderita dan membutuhkan bantuan, khususnya para pengkhotbah atau misionaris yang berkeliling mewartakan Injil. Lebih lagi di sini Yesus menyamakan diri-Nya dengan “mereka yang paling kecil.” Hal yang sama Dia katakan saat pertobatan Saulus di jalan menuju Damaskus. Menganiaya jemaat sama dengan menganiaya Tuhan!

Dengan perumpamaan ini, kita semua terhibur dan mendapat wawasan baru. Di dunia ini tidak semua orang membenci kita. Ada banyak sekali yang baik budi dan mengasihi kita. Tuhan pasti tidak akan melupakan mereka yang berbuat baik kepada umat-Nya. Di lain pihak, para pembenci dan penganiaya jemaat akan mendapat penghakiman yang setimpal. Kalau keadilan tidak ditegakkan di dunia ini, masih ada sang Hakim Agung yang akan mengadili mereka.

Tentu saja perumpamaan ini tetap mempunyai pesan universal. Di akhir zaman akan ada pemisahan. Ini mengejutkan semua pihak, baik yang di kiri maupun yang di kanan. Gaya khas sastra apokaliptik memang demikian: pengenalan utuh akan Anak Manusia baru terjadi pada akhir zaman. Di mana Dia “bersembunyi” selama ini? Ternyata Ia dapat dijumpai dalam kesederhanaan dan kelemahan. Itu sebabnya banyak orang tidak melihat-Nya, sebab Dia biasanya lebih sering dikaitkan dengan semua yang serba maha: mahabesar, mahamulia, mahakuasa, dan sebagainya.

Wawasan kita akan Kristus dengan ini semakin diperkaya. Kristus, sang Raja Mulia, baru akan kita temui nanti di akhir zaman, saat Ia tampil sebagai Hakim. Untuk saat sekarang ini, Ia berkenan dijumpai dalam diri orang-orang kecil dan sederhana, yakni mereka yang lapar, haus, telanjang, dalam penjara, dan sebagainya.

Kita juga belajar bahwa kasih tidak pernah anonim. Ia selalu punya nama, meskipun tidak tampak. Kasih selalu berarti berpartisipasi dalam kasih Kristus, entah disadari atau tidak, entah diakui atau tidak. Di mana saja kasih dijalankan, di situlah kasih Kristus terwujud, tidak peduli bendera dan agama si pelaku. Kasih Kristus dapat terwujud melampaui batas-batas agama, suku, dan bahasa.