Menjadi Warga Negara dan Menjadi Umat Tuhan

Senin, 17 Agustus 2020 – Hari Raya Kemerdekaan Republik Indonesia

157

Matius 22:15-21

Kemudian pergilah orang-orang Farisi; mereka berunding bagaimana mereka dapat menjerat Yesus dengan suatu pertanyaan. Mereka menyuruh murid-murid mereka bersama-sama orang-orang Herodian bertanya kepada-Nya: “Guru, kami tahu, Engkau adalah seorang yang jujur dan dengan jujur mengajar jalan Allah dan Engkau tidak takut kepada siapa pun juga, sebab Engkau tidak mencari muka. Katakanlah kepada kami pendapat-Mu: Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak?” Tetapi Yesus mengetahui kejahatan hati mereka itu lalu berkata: “Mengapa kamu mencobai Aku, hai orang-orang munafik? Tunjukkanlah kepada-Ku mata uang untuk pajak itu.” Mereka membawa suatu dinar kepada-Nya. Maka Ia bertanya kepada mereka: “Gambar dan tulisan siapakah ini?” Jawab mereka: “Gambar dan tulisan Kaisar.” Lalu kata Yesus kepada mereka: “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah.”

***

Hubungan antara politik dan agama selalu rumit. Bagi kaum agamawan, seperti orang Farisi, penguasa Romawi itu kafir. Membayar pajak berarti mengakui kaisar sebagai tuan, dan itu adalah bentuk penyembahan berhala. Bagi kelompok ultranasionalis seperti kaum Zelot, Romawi itu penjajah yang harus dilawan dan ditumpas. Membayar pajak adalah tanda menyerah dan menjadi hamba. Pajak yang diberlakukan kekaisaran Romawi sudah menimbulkan pemberontakan sebelumnya yang dipimpin seorang Galilea bernama Yudas. Mungkinkah Yesus, orang Galilea yang sudah sangat memikat massa ini, dapat dimanfaatkan untuk memicu revolusi baru?

Kaum Farisi kali ini mengikutsertakan kelompok Herodian. Kelompok ini sebenarnya lebih dominan di Galilea, bukan di Yudea. Namun, karena keluarga Herodes menikmati kuasa dari kekaisaran Romawi, kiranya mereka ini kelompok pendukung kaisar. Itu sebabnya Yesus tidak boleh menjawab “ya” atau “tidak.” Karena itulah Ia mengembalikan persoalan dan jerat kepada mereka sendiri: Yang kalian pakai sebagai sarana pembayaran itu uang siapa? Ternyata uang kaisar! Jangan lupa, uang itu mereka miliki dan mereka tunjukkan di pelataran Bait Allah. Itu sikap munafik yang dikecam Yesus: Mereka memakai uang yang dianggap kafir oleh mereka sendiri di pelataran Bait Suci.

Yesus menuntut kesejatian diri. Kalau mereka memakai fasilitas dari kaisar, mereka kalian wajib membayar pajak kepada kaisar. Itulah yang menjadi hak negara. Lalu apa yang menjadi hak Allah? Diri mereka sendiri sebagai “gambar Allah.” Pengabdian dan loyalitas mereka sebagai anggota umat-Nya harus diarahkan kepada Allah saja. Menyeimbangkan dua hal ini adalah tugas abadi setiap pengikut Tuhan. Beriman dan menjadi warga negara yang baik tidak perlu diperlawankan, tetapi juga tetap harus jelas dibedakan.