Pengajar Palsu

Selasa, 25 Agustus 2020 – Hari Biasa Pekan XXI

152

Matius 23:23-26

“Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan. Hai kamu pemimpin-pemimpin buta, nyamuk kamu tapiskan dari dalam minumanmu, tetapi unta yang di dalamnya kamu telan.

Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab cawan dan pinggan kamu bersihkan sebelah luarnya, tetapi sebelah dalamnya penuh rampasan dan kerakusan. Hai orang Farisi yang buta, bersihkanlah dahulu sebelah dalam cawan itu, maka sebelah luarnya juga akan bersih.”

***

Sepanjang perjalanan Gereja selalu saja muncul ajaran sesat, baik oleh orang dalam maupun orang luar yang mengaku-ngaku orang dalam. Pengajar-pengajar palsu bermunculan; mereka menakut-nakuti umat dengan nubuat atau penglihatan tentang akhir zaman. Tidak sedikit yang mempercayai mereka. Sejumlah umat mulai meragukan iman mereka, bahkan ada yang sampai berbalik memusuhi Gereja. Yang lebih fatal lagi, ada yang sampai rela mengakhiri hidup karena mempercayai ajaran-ajaran ekstrem tersebut.

Ajaran sesat seperti itu rupanya sudah ada sejak zaman purba. Rasul Paulus dalam bacaan pertama (2Tes. 2:1-3a, 13b-17) meluruskan pemahaman umat yang mengira bahwa Tuhan akan segera datang. Ia mengingatkan mereka agar tidak mudah disesatkan orang dengan cara bagaimanapun juga. Paulus menjelaskan bahwa tujuan kedatangan Yesus ke dunia adalah untuk membebaskan umat dari penderitaan, serta menghukum semua yang tidak taat kepada-Nya. Paulus yakin bahwa umat di Tesalonika tidak akan dihukum, sebab Tuhan mengasihi mereka. Mereka telah dipilih untuk diselamatkan.

Dalam bacaan injil, Yesus membongkar kemunafikan ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Mereka lebih mementingkan penampilan luar yang mereka manfaatkan untuk menyembunyikan kebusukan hati. Perkataan dan perbuatan mereka semata-mata untuk mendapatkan pujian dan penghormatan. Mereka menutup keserakahan dan dosa dengan kata-kata dan perbuatan manis agar seolah-olah saleh dan suci. Mereka menonjolkan banyak kepalsuan demi kepentingan pribadi. Yesus mengecam kebobrokan hati mereka dan mengingatkan kembali akan pentingnya keadilan, belas kasihan, serta kesetiaan.

Sebagai pengikut Kristus, kita juga diutus untuk menjaga serta memelihara iman umat. Keyakinan umat akan kebenaran iman perlu senantiasa diteguhkan agar mereka tidak mudah disesatkan oleh pengajar-pengajar palsu. Untuk itulah kita diutus pula untuk senantiasa menghayati dan menyebarluaskan keadilan, belas kasihan, dan kesetiaan.