Yusuf, Seorang yang Tulus Hati

Jumat, 19 Maret 2021 – Hari Raya Santo Yusuf

737

Matius 1:16, 18-21, 24a

Yakub memperanakkan Yusuf suami Maria, yang melahirkan Yesus yang disebut Kristus.

Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami istri. Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama istrinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam. Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan tampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: “Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai istrimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka.”

Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya.

***

Yusuf tengah dilanda kebimbangan. Maria, tunangannya, ternyata telah mengandung. Dalam konteks masyarakat Yahudi saat itu, laki-laki dan perempuan yang bertunangan memang sudah disebut pasangan suami istri, hanya mereka belum diperkenankan melakukan persetubuhan. Kalau begitu, yang dikandung Maria itu anak siapa? Yusuf bisa saja menyeret Maria ke pengadilan dengan tuduhan perzinaan, tetapi ia tidak berniat melakukan hal itu. Ia tidak mau Maria dipermalukan dan dijatuhi hukuman yang kejam. Lebih baik kiranya jika istrinya itu ia ceraikan secara diam-diam. Itu sebabnya Yusuf disebut “seorang yang tulus hati”.

Pikiran Yusuf berubah setelah ia mendapat pencerahan dari Allah. Anak yang dikandung Maria bukan buah dari perzinaan, melainkan dari Roh Kudus. Kelak Anak itu akan memainkan peran penting dalam sejarah keselamatan manusia. Yusuf diminta tidak ragu untuk mengambil Maria sebagai istrinya, dan kelak ia harus memberi nama Anak itu Yesus. Yusuf pun melaksanakan kehendak Allah tersebut dengan taat.

Yusuf adalah keturunan Daud. Kepada Daud, Allah berjanji akan membangkitkan seorang dari keturunannya untuk memerintah selama-lamanya (2Sam. 7:12-13). Dengan memperistri Maria dan memberi nama pada Anak Maria itu, Yusuf menjadikan Anak itu keturunan Daud yang sah. Itulah peran penting yang dimainkan Yusuf untuk mendukung rencana keselamatan Allah yang mau hadir di dunia dan membebaskan umat manusia dari belenggu dosa.

Yusuf hanyalah orang sederhana. Suaranya tidak pernah muncul dalam teks-teks Kitab Suci. Biar begitu, di atas segalanya, ia mau mendengarkan dan melaksanakan apa yang diperintahkan Tuhan kepadanya. Kepada kita, ia memberi teladan untuk lebih mendengarkan kehendak Allah daripada keinginan sendiri.