Melihat dan Percaya

Rabu, 21 April 2021 – Hari Biasa Pekan III Paskah

156

Yohanes 6:35-40

Kata Yesus kepada mereka: “Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi. Tetapi Aku telah berkata kepadamu: Sungguhpun kamu telah melihat Aku, kamu tidak percaya. Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang. Sebab Aku telah turun dari surga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku. Dan Inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman. Sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman.”

***

Yesus hari ini masih berbicara tentang roti hidup. Ia menegaskan tuntutan yang wajib kita selesaikan, yakni memelihara kepercayaan iman sampai pada kesudahannya. Kita diminta untuk mampu melihat dan percaya kepada Yesus sebagai jaminan hidup kekal. Karena itu, Yesus menyatakan diri-Nya sebagai roti hidup agar seluruh diri kita mengalami kesatuan dengan-Nya.

Orang biasanya percaya akan sesuatu jika sudah melihatnya. Sebaliknya, sesuatu yang tidak dilihat dengan mata kepala sendiri sering kali menimbulkan keraguan. Misalnya, kita percaya akan keberadaan Covid-19 karena telah melihat secara langsung para pasien yang menderita bahkan sampai meninggal. Demikianlah melihat, percaya, dan jaminan merupakan tiga elemen yang saling berkaitan.

Jaminan hidup kekal dijanjikan Allah kepada orang Israel, yang mana janji itu dipegang secara turun-temurun. Karena itu, mereka percaya bahwa hidup kekal akan mereka dapatkan. Persoalannya, orang-orang itu belum membuka mata rohani mereka. Ketika Yesus datang dan melakukan banyak pekerjaan Allah, mereka tidak mampu menangkap itu sebagai pemenuhan atas jaminan keselamatan kekal. Kekurangan mereka terletak pada ketidakmampuan menggunakan penglihatan sebagai penuntun hidup. Mereka masih tertambat pada ekspektasi manusiawi tentang keselamatan kekal, tidak mau membuka mata untuk menangkap misteri Allah.

Hal itu juga kerap terjadi dalam hidup kita. Kita percaya atas penyelenggaran ilahi, tetapi kurang mampu melihat kehadiran karya Allah secara menyeluruh. Yang perlu kita buat agar memiliki keseimbangan antara melihat, percaya, dan jaminan akan keselamatan kekal adalah mengenal Yesus dengan sungguh-sungguh. Mengenal berarti bukan hanya sebatas tahu nama dan asal usul seseorang, melainkan memahami keistimewaan pribadinya secara mendalam.

Yesus memperkenalkan diri kepada kita melalui pekerjaan-pekerjaan baik yang telah dilakukan-Nya. Kita bisa mengenal Yesus melalui aneka pekerjaan itu, sehingga kita tidak menjadi buta. Yesus telah hadir ke dunia agar bisa mengenal kita, maka kita juga harus mau mengenal Dia dalam aneka situasi hidup kita masing-masing. Yesus tidak pernah absen menemani hari-hari kita. Apakah kita menyadari hal itu? Mari mengasah kepekaan batin agar kita mampu mengenali kehadiran Yesus, juga agar kerinduan terdalam kita untuk berinteraksi dengan Yesus setiap hari dapat terpenuhi.