Persahabatan dalam Penziarahan

Minggu, 8 Agustus 2021 – Hari Minggu Biasa XIX

84

Yohanes 6:41-51

Maka bersungut-sungutlah orang Yahudi tentang Dia, karena Ia telah mengatakan: “Akulah roti yang telah turun dari surga.” Kata mereka: “Bukankah Ia ini Yesus, anak Yusuf, yang ibu bapa-Nya kita kenal? Bagaimana Ia dapat berkata: Aku telah turun dari surga?” Jawab Yesus kepada mereka: “Jangan kamu bersungut-sungut.

Tidak ada seorang pun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman. Ada tertulis dalam kitab nabi-nabi: Dan mereka semua akan diajar oleh Allah. Dan setiap orang, yang telah mendengar dan menerima pengajaran dari Bapa, datang kepada-Ku. Hal itu tidak berarti, bahwa ada orang yang telah melihat Bapa. Hanya Dia yang datang dari Allah, Dialah yang telah melihat Bapa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya, ia mempunyai hidup yang kekal.

Akulah roti hidup. Nenek moyangmu telah makan manna di padang gurun dan mereka telah mati. Inilah roti yang turun dari surga: Barangsiapa makan darinya, ia tidak akan mati. Akulah roti hidup yang telah turun dari surga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia.”

***

Hidup kita adalah perjalanan dari kelemahan keadaan kita semula sebagai seorang anak yang baru lahir menuju kelemahan yang akan kita alami sebagai pribadi berusia. Hidup kita adalah perjalanan perkembangan dari ketidaktahuan menuju kebijaksanaan, dari cinta diri menuju cinta pemberian diri, dari rasa takut menuju rasa percaya, dari rasa bersalah menuju pembebasan batin, dari harga diri yang rendah menuju penerimaan diri.

Sebagai manusia, kita tidak memiliki hidup. Kita menerima hidup dalam tubuh kita yang ringkih. Hidup ini bertumbuh, berkembang, dan menjadi lebih dalam selama kita diberi makan. Tanpa makan, kita akan menjadi kering dan mati. Yang benar untuk hidup jasmani kita juga benar untuk hidup kita dalam Roh. Kita perlu diberi makan. Kita membutuhkan makanan jasmani, makanan intelektual, dan makanan untuk hati.

Yesus bersabda, “Akulah roti hidup yang telah turun dari surga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia.” Kata-kata Yesus ini rasanya sulit untuk dipercaya. Apa yang Ia maksudkan? Bagi orang Israel, daging dan darah seseorang sama dengan pribadi orang itu seutuhnya. Dengan memisahkan daging dan darah, Yesus menunjuk pada kematian-Nya: Ia datang sebagai Anak Domba Allah yang akan dikurbankan dan disantap sebagai anak domba Paskah. Yesus menawarkan kepada kita relasi dengan diri-Nya yang amat pribadi dan dekat. Relasi ini akan membawa kita masuk ke dalam hidup Allah dan memberi makan kepada hidup kita. Relasi ini akan membuat kita tinggal dalam Yesus dan Yesus tinggal dalam diri kita.

Membiarkan Yesus tinggal dalam diri kita berarti membersihkan rumah hati kita untuk memberi ruang bagi-Nya. Kita tidak lagi dipenuhi oleh diri kita sendiri. Kita menemukan kegembiraan dengan berada dan hidup bersama Yesus yang terkasih, dan dalam mengerjakan apa yang Ia harapkan dari kita.

Diolah dari Jean Vanier, Tenggelam dalam Misteri Kristus (Yogyakarta: Kanisius, 2009).