“Bagaimana”, Bukan “Mengapa”

Senin, 13 Desember 2021 – Peringatan Wajib Santa Lusia

76

Matius 21:23-27

Lalu Yesus masuk ke Bait Allah, dan ketika Ia mengajar di situ, datanglah imam-imam kepala serta tua-tua bangsa Yahudi kepada-Nya, dan bertanya: “Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-Mu?” Jawab Yesus kepada mereka: “Aku juga akan mengajukan satu pertanyaan kepadamu dan jikalau kamu memberi jawabnya kepada-Ku, Aku akan mengatakan juga kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu. Dari manakah baptisan Yohanes? Dari surga atau dari manusia?” Mereka memperbincangkannya di antara mereka, dan berkata: “Jikalau kita katakan: Dari surga, Ia akan berkata kepada kita: Kalau begitu, mengapakah kamu tidak percaya kepadanya? Tetapi jikalau kita katakan: Dari manusia, kita takut kepada orang banyak, sebab semua orang menganggap Yohanes ini nabi.” Lalu mereka menjawab Yesus: “Kami tidak tahu.” Dan Yesus pun berkata kepada mereka: “Jika demikian, Aku juga tidak mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu.”

***

Kita sering kali mendengar dua kata ini sebagai awalan dalam sebuah pertanyaan, yaitu “mengapa” dan “bagaimana”. Saya pribadi lebih senang menggunakan kata “bagaimana”, sebab lebih bernuansa kolaboratif dan menyelesaikan masalah. Ini berbanding terbalik dengan kata “mengapa”, yang terasa melulu melihat ke masa lampau.

Ambil contoh pertanyaan: “Mengapa pohon ini bisa mati?” Pertanyaan ini mengajak kita untuk melihat kembali hal-hal yang membuat pohon tersebut mati. Namun, coba kalau pertanyaannya diubah menjadi: “Bagaimana kita bisa menumbuhkan kembali atau memanfaatkan pohon yang sudah mati ini?” Pertanyaan ini mengandung solusi, alih-alih terus mempertanyakan alasan atas apa yang telah terjadi.

Dalam bacaan Injil hari ini, imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi berpedoman pada pertanyaan “mengapa”, sehingga mereka meragukan dan hendak menyalahkan Yesus. Mereka selalu melihat dengan kacamata otoritas yang menganggap diri paling benar dalam segala hal. Tidak ada pintu dalam hati mereka agar terbuka pada kemungkinan-kemungkinan baru. Berkebalikan dengan mereka, Yesus senantiasa memberi solusi dalam segala hal. Ini membuat orang-orang yang bersama Dia dapat melihat dari cara dan sudut pandang yang baru.

Hari ini kita diajak bertanya: Bagaimana kita menjalankan hidup kita? Apakah kita sudah seperti Yesus yang bisa memberikan solusi manakala ada permasalahan?