2022: Tahun Transparansi

Kamis, 27 Januari 2022 – Hari Biasa Pekan III

97

Markus 4:21-25

Lalu Yesus berkata kepada mereka: “Orang membawa pelita bukan supaya ditempatkan di bawah gantang atau di bawah tempat tidur, melainkan supaya ditaruh di atas kaki dian. Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan tersingkap. Barangsiapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!”

Lalu Ia berkata lagi: “Camkanlah apa yang kamu dengar! Ukuran yang kamu pakai untuk mengukur akan diukurkan kepadamu, dan di samping itu akan ditambah lagi kepadamu. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan diambil darinya.”

***

Salah satu persyaratan ruang kelas yang baik adalah ruang dengan kaca transparan. Dengan adanya kaca transparan, murid dan guru bisa saling mengamati, sehingga dapat mencegah terjadinya pelanggaran atau pelecehan seksual. Salah satu persyaratan perusahaan yang baik dan sehat adalah transparansi. Dengan transparansi dalam bidang keuangan, perusahaan dapat mencermati pergerakan keuangan yang sesungguhnya. Ini membantu dalam mengambil keputusan demi mendukung jalannya perusahaan yang sehat.

Dengan mengatakan, “Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan tersingkap,” Yesus menunjukkan pentingnya transparansi. Ia adalah pribadi yang transparan. Ia terbuka terhadap Bapa dan sungguh mendengarkan kehendak-Nya. Yesus tidak punya agenda tersembunyi. Karena transparan, Yesus justru disukai banyak orang. Orang banyak mencari Yesus karena sikap-Nya yang transparan membawa rasa aman.

Banyak orang bersikap tidak transparan dalam hidupnya. Mereka hidup dalam kebohongan, bahkan kelicikan. Mereka sibuk menggunakan topeng dan kosmetik agar tampak indah di hadapan orang lain. Namun, hidup yang seperti itu adalah hidup yang retak dan penuh kebohongan.

Yesus menantang kita untuk menghindari kebohongan tersebut dengan tampil transparan dan apa adanya. Kita diundang untuk menghadapi dan mengakui segala keretakan hidup, sembari berusaha memeluk yang benar dan baik dalam hidup.

Transparansi bisa dimulai dari keluarga. Suami dan istri saling transparan dengan menceritakan apa yang ada dalam hati mereka. Orang tua dan anak saling transparan menceritakan kegiatan dan harapan mereka. Gereja pun hendaknya transparan dalam kebijakan dan keuangan. Ketika kita transparan, hidup kita akan terasa ringan dan bebas. Ketika kita hidup dalam kebohongan, kita akan dipenuhi beban-beban yang meremukkan dan menghancurkan.

Tahun 2022 hendaknya menjadi tahun transparansi. Kita mohon rahmat Tuhan agar diberi keberanian untuk tampil apa adanya, terlebih agar transparan di hadapan Tuhan dan mau mendengarkan kehendak-Nya atas hidup kita.