Dipanggil dan Dipulihkan

Sabtu, 5 Maret 2022 – Hari Sabtu sesudah Rabu Abu

107

Lukas 5:27-32

Kemudian, ketika Yesus pergi ke luar, Ia melihat seorang pemungut cukai, yang bernama Lewi, sedang duduk di rumah cukai. Yesus berkata kepadanya: “Ikutlah Aku!” Maka berdirilah Lewi dan meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Dia.

Dan Lewi mengadakan suatu perjamuan besar untuk Dia di rumahnya dan sejumlah besar pemungut cukai dan orang-orang lain turut makan bersama-sama dengan Dia. Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat bersungut-sungut kepada murid-murid Yesus, katanya: “Mengapa kamu makan dan minum bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?” Lalu jawab Yesus kepada mereka, kata-Nya: “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat.”

***

Memperhatikan dan peduli kepada mereka yang lemah bukan merupakan hal baru dalam keseharian hidup kita, baik di lingkungan Gereja maupun masyarakat. Kita sering mendengar jargon “option for the poor”. Alih-alih diabaikan, orang-orang kecil harus diberdayakan, ditingkatkan kualitas hidupnya, dan dibantu manakala berada dalam situasi sulit. Gerakan ini dilakukan dalam bingkai kasih, solidaritas, dan kemanusian, dengan kesadaran bahwa setiap orang diciptakan Allah untuk kebahagiaan.

Dengan demikian, perhatian kepada mereka yang lemah tidak boleh dipandang sebagai suatu pilihan, tetapi keharusan yang perlu terus-menerus dijalankan tanpa henti. Nilai hidup manusia harus selalu dibela, diperhatikan, dan dijunjung tinggi, sebagaimana Allah telah berbela rasa kepada manusia dalam diri Yesus yang menebus dan menyelamatkan.

Karena seorang pemungut cukai, Lewi dipandang sebagai orang berdosa. Ia disingkirkan, dikucilkan, dan dicibir banyak orang. Namun, Yesus memperlihatkan sikap yang berbeda. Ia mendekati, menyapa, dan memanggil pemungut cukai itu. Lewi pasti merasa terkejut, tetapi panggilan Yesus kemudian disambutnya dengan terbuka.

Perhatian dan tindakan Yesus telah membawa perubahan bagi hidup Lewi. Ia bangkit dan mempunyai hidup baru. Martabat hidupnya telah dipulihkan. Ia bahkan dipilih oleh Yesus untuk mengikuti-Nya. Lewi “sembuh”, sebab ia berani terbuka dan percaya kepada Yesus. Kini ia hidup sebagai manusia baru yang “sehat” dan utuh.

Bagaimana dengan kita? Beranikah kita mengakui bahwa kita benar-benar membutuhkan tabib agar disembuhkan? Atau, apakah kita justru bangga dengan situasi hidup yang jauh dari rahmat? Sering kali perasaan kecil hati, cemas, dan kecewa membuat kita kurang berani menerima Yesus dan tugas pelayanan. Jangan cemas dan takut, sebab kita dapat dengan sederhana menghadirkan kasih Allah dalam keseharian hidup! Kita adalah bagian dari orang-orang yang dipilih-Nya. Kita dipanggil untuk bertobat dan untuk hidup baru dalam Kristus. Pada gilirannya, kita dipercaya, diutus, dilibatkan, dan diikutsertakan Yesus dalam pewartaan pertobatan.