Perintah untuk Saling Mengasihi

Minggu, 15 Mei 2022 – Hari Minggu Paskah V

130

Yohanes 13:31-33a, 34-35

Sesudah Yudas pergi, berkatalah Yesus: “Sekarang Anak Manusia dipermuliakan dan Allah dipermuliakan di dalam Dia. Jikalau Allah dipermuliakan di dalam Dia, Allah akan mempermuliakan Dia juga di dalam diri-Nya, dan akan mempermuliakan Dia dengan segera. Hai anak-anak-Ku, hanya seketika saja lagi Aku ada bersama kamu. Kamu akan mencari Aku.

Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.”

***

Polarisasi tampaknya tengah terjadi di antara kita saat ini, di mana permasalahan politik membuat masyarakat kita terbelah menjadi dua. Masing-masing kubu berpandangan bahwa kebenaran berada di pihak mereka, dengan konsekuensi bahwa kubu yang berseberangan lalu dianggap sebagai pihak yang keliru. Tanpa segan, yang satu mempersalahkan, mengecam, serta mencaci maki yang lain. Hal ini diungkapkan secara brutal di berbagai media sosial, bahkan tidak jarang berujung pada penganiayaan dan aneka macam tindak kekerasan. Kebencian telah meracuni masyarakat kita, merasuki banyak orang di sekitar kita, sebab disebarkan secara masif dan terang-terangan, bahkan kepada anak-anak. Kita seolah-olah didorong dan diajarkan untuk membenci.

Hari ini Yesus memberi perintah kepada murid-murid-Nya, yang disebut-Nya sebagai perintah baru. Para murid diminta untuk saling mengasihi. Perintah untuk saling mengasihi sesungguhnya tidak baru, sebab sudah diajarkan oleh Perjanjian Lama. Yang baru di sini adalah fungsinya, yakni menyatakan hubungan seseorang dengan Yesus. Para murid harus saling mengasihi karena Yesus sudah terlebih dahulu mengasihi mereka. Sikap saling mengasihi juga menjadi tanda bahwa mereka adalah murid-murid yang sejati. Berbeda dengan kebanyakan orang di dunia yang hidupnya penuh dengan kebencian, hidup murid-murid Yesus haruslah dipenuhi dengan cinta kasih.

Mengapa para murid harus saling mengasihi? Ketika kebencian dibalas dengan kebencian, yang terjadi adalah kehancuran. Bukankah melawan api dengan api justru akan membuat api itu semakin besar dan menghanguskan segalanya? Namun, api akan padam kalau dihadapi dengan air, sehingga karena itulah kebencian harus ditanggapi dengan kasih. Kasih itu menghidupkan; kasih itu menguatkan; kasih itu juga mempersatukan. Berbeda dengan kebencian, hal-hal yang baik akan tumbuh kalau orang saling mengasihi.

Memang harus dikatakan bahwa perintah untuk saling mengasihi ini disampaikan Yesus pertama-tama untuk kalangan murid-Nya sendiri. Kasih harus ada di antara mereka, sebab hanya itulah yang bisa membuat mereka bertahan menghadapi permusuhan dari orang-orang sekitar. Kasih akan mempersatukan dan menguatkan para murid, sehingga mereka tidak tercerai-berai ketika diserang oleh para pembenci. Namun, ini tidak berarti bahwa para murid diperintahkan untuk mengasihi kelompok mereka saja. Mereka diutus untuk menghadirkan damai sejahtera Allah kepada orang-orang lain, sehingga tentu saja didorong untuk mengasihi setiap orang yang mereka jumpai.

Di tengah-tengah dunia yang mempromosikan kebencian, Yesus mengajak kita semua untuk mempromosikan kasih. Dalam hidup ini, tidak ada orang yang seratus persen baik, tetapi tidak ada pula yang seratus persen jahat. Setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan, demikian pula kita sendiri. Karena itu, janganlah kita menjadikan kekurangan seseorang sebagai alasan untuk membenci dia. Alih-alih mencari alasan untuk membenci seseorang, kita semestinya berusaha menemukan alasan untuk mengasihinya.