Tuhan yang Kita Kenali dengan Hati

Jumat, 17 Juni 2022 – Hari Biasa Pekan XI

107

Matius 6:19-23

“Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di surga; di surga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya. Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.

Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu; jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu.”

***

Yesus bersabda, “Di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.”

Dalam perkembangan hidup manusia saat berkembang dalam fase pemburu dan pengumpul 30 ribu tahun yang lalu, ada gen rakus dalam DNA manusia (Yuval Noah Harari, Sapiens, 2014). Sejak itu, komunitas-komunitas manusia ditopang oleh harta milik. Rasa aman diperoleh apabila orang bisa mengumpulkan harta milik yang menjamin hidup mereka. Dari sini, teori kepemilikan aset dimulai dan berkembang. Dahulu, orang kaya bisa dilihat dari luasnya petak sawah dan ladang yang dimiliki, atau dari lumbung-lumbung padi yang ada di depan rumah mereka. Pada masa sekarang, harta kekayaan yang sangat banyak bisa disimpan di rekening-rekening digital dan orang sangat nyaman dengan hal itu.

Teknologi kedokteran sekarang ini bahkan memungkinkan manusia bisa memiliki harapan hidup sampai usia 200 tahun (Yuval Noah Harari, Homo Deus, 2015). Namun, pertanyaan skeptis selalu ada. Apabila orang bisa hidup sehat dengan usia yang panjang, apakah ia akan selamat apabila mengalami kecelakaan? Pertanyaan ini juga menyentuh perihal rasa aman karena harta kekayaan, serta menyadarkan manusia tentang batas kemampuannya dan tentang kepada siapa ia dapat menggantungkan hidup.

Karena itu, Yesus bersabda, “Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di surga.” Kita memiliki suara hati yang mengarahkan hidup kita menuju kepada Bapa. Yesus mengarahkan hidup kita ke atas, dan itu akan terjadi bila kita tidak terlalu dibebani dengan hal-hal yang ada di bawah.