Melayani dan Mendengarkan Tuhan

Minggu, 17 Juli 2022 – Hari Minggu Biasa XVI

181

Lukas 10:38-42

Ketika Yesus dan murid-murid-Nya dalam perjalanan, tibalah Ia di sebuah kampung. Seorang perempuan yang bernama Marta menerima Dia di rumahnya. Perempuan itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria. Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya, sedang Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata: “Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku.” Tetapi Tuhan menjawabnya: “Marta, Marta, engkau khawatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil darinya.”

***

Seorang bapak mengungkapkan keprihatinannya setelah menghadiri acara penerimaan krisma. Ia memperhatikan bahwa umat lalu lalang di dalam Gereja untuk mencari spot foto. Suasana menjadi tidak hening, sebab di sana-sini terdengar teriakan kecil berupa instruksi kepada orang-orang yang dipotret. Bapak itu merasa heran melihat umat yang sangat sibuk dengan foto-foto. Sebelum, selama, dan sesudah misa, itu saja yang mereka lakukan. Seolah-olah yang terpenting adalah berfoto, padahal inti dari perayaan itu adalah Ekaristi di mana para krismawan-krismawati menerima pencurahan Roh kudus.

Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus dikisahkan bertamu ke rumah sahabat-Nya Maria dan Marta. Marta sibuk melayani, sedangkan Maria duduk menikmati kebersamaan mereka sambil mendengarkan Yesus. Melihat itu, Marta meminta Yesus menyuruh Maria untuk membantunya. Namun, Yesus menjawab, “Marta, Marta, engkau khawatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil darinya.”

Tidak disebutkan alasan mengapa Marta meminta Yesus menegur Maria, tetapi kita bisa membayangkan situasinya. Marta mungkin berpikir bahwa yang terpenting dalam penyambutan tamu adalah memberi pelayanan terbaik dengan jamuan makan dan lain-lain, sehingga dia sibuk menyiapkannya. Karena itu, ia jengkel melihat saudarinya duduk santai seolah-olah tidak mengerti kesibukannya. Sementara itu, Maria mungkin memikirkan hal yang berbeda. Yang utama menurutnya adalah tamu itu sendiri, sehingga dia duduk menemani dan mendengarkan Yesus.

Bacaan ini menyodorkan kepada kita dua sosok yang mewakili sikap melayani Tuhan dan mendengarkan Tuhan. Meski dua sikap itu berbeda, Yesus tidak sedang mempertentangkan atau membandingkannya. Keduanya sama penting. Ketika melaksanakan pelayanan, mari kita melakukannya dengan tulus, penuh cinta, tanpa bersungut-sungut. Pelayanan yang tulus, itulah hal pokok yang harus kita laksanakan. Demikian juga pilihan untuk mendengarkan Tuhan. Hendaknya hal itu kita lakukan dalam hidup kita setiap hari. Setiap saat, Tuhan hadir di tengah-tengah kita lewat sesama atau pengalaman-pengalaman hidup. Kita hendaknya menyediakan waktu dan membuka telinga untuk mendengarkan-Nya.

Semoga kita semakin meningkatkan kuantitas dan kualitas relasi kita dengan Tuhan melalui doa, serta mengembangkan cinta kepada-Nya melalui pelayanan yang tulus kepada sesama. Semoga dengan itu, dunia semakin dipenuhi cinta dan pelayanan yang tulus satu sama lain.