Menyambut Tuhan dalam Diri Anak Kecil

Selasa, 9 Agustus 2022 – Hari Biasa Pekan XIX

150

Matius 18:1-5, 10, 12-14

Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya: “Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Surga?” Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka lalu berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Surga. Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku.”

Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil ini. Karena Aku berkata kepadamu: Ada malaikat mereka di surga yang selalu memandang wajah Bapa-Ku yang di surga.

“Bagaimana pendapatmu? Jika seorang mempunyai seratus ekor domba, dan seekor di antaranya sesat, tidakkah ia akan meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di pegunungan dan pergi mencari yang sesat itu? Dan Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jika ia berhasil menemukannya, lebih besar kegembiraannya atas yang seekor itu daripada atas yang kesembilan puluh sembilan ekor yang tidak sesat. Demikian juga Bapamu yang di surga tidak menghendaki supaya seorang pun dari anak-anak ini hilang.”

***

Para murid datang kepada Yesus dan menanyakan siapa yang terbesar dalam Kerajaan Surga. Bisa jadi mereka ingin mengetahui siapa yang dipandang layak oleh Yesus untuk mendampingi-Nya bila Ia memerintah sebagai raja. Seorang raja memiliki orang-orang kepercayaan, orang-orang yang paling dekat dengannya. Orang-orang itu adalah orang-orang yang paling bijaksana, paling berani, paling kuat, sekaligus paling setia kepada raja. Para murid membayangkan Yesus akan memilih satu atau dua orang dari mereka untuk mendampingi-Nya. Mereka tidak menyadari bahwa Kerajaan Surga bagaimanapun tidak sama dengan kerajaan dunia.

Menanggapi pertanyaan itu, Yesus justru memanggil seorang anak kecil lalu menempatkannya di tengah-tengah supaya mereka melihatnya. Ia lalu menyatakan tiga hal yang berkaitan dengan anak kecil: (1) “Jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga”; (2) “Barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Surga”; (3) “Barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku.”

Mari kita perhatikan pernyataan Yesus yang ketiga. Menyambut seorang anak kecil berarti menerima dan melayani tanpa mengharapkan balasan, sebab anak itu tidak dapat diharapkan membalas kebaikan yang telah kita berikan. Melakukannya dalam nama Yesus berarti melakukan hal itu demi Yesus. Dengan cara demikian, Ia menyatakan bahwa menyambut dan melayani mereka yang tidak dapat memberikan balasan berarti menerima Yesus juga. Yesus menyamakan diri-Nya dengan orang-orang yang di dunia ini dipandang tidak berarti. Apa yang dilakukan orang terhadap mereka sesungguhnya dilakukan terhadap Yesus. Karena Yesus utusan Allah, melayani mereka yang dipandang tidak berarti sama saja melayani Allah. Dengan melayani mereka “yang tidak penting” sesungguhnya kita melayani “yang paling penting”, yaitu Allah sendiri.

Yesus mengingatkan para murid agar tidak menganggap rendah anak-anak. Mengapa? Allah yang mulia dan agung saja memperhatikan mereka. Allah melindungi mereka lewat para malaikat-Nya. Allah yang tinggal di surga menaruh perhatian pada orang-orang kecil. Karena itu, mereka yang percaya kepada Allah selayaknya melakukan hal yang sama, yakni membantu orang-orang kecil. Kehadiran orang-orang kecil itu justru membantu orang beriman untuk ingat akan Allah dan kehendak-Nya; mereka membantu orang beriman untuk sampai kepada Allah.