Antara Menerima dan Memohon

Selasa, 20 Desember 2022 – Hari Biasa Khusus Adven

79

Lukas 1:26-38

Dalam bulan yang keenam Allah menyuruh malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret, kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria. Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: “Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau.” Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu. Kata malaikat itu kepadanya: “Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan.” Kata Maria kepada malaikat itu: “Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?” Jawab malaikat itu kepadanya: “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah. Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, ia pun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu. Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil.” Kata Maria: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” Lalu malaikat itu meninggalkan dia.

***

Saudara-saudari terkasih, menerima sepertinya merupakan sikap yang mudah untuk dilakukan. Namun, itu tidak selalu benar, sebab menerima sesuatu yang kurang sreg di hati jelas bukan perkara mudah. Sering kali kita harus berhadapan dengan peristiwa-peristiwa yang mendadak, tidak terduga, dan membuat diri kita ciut. Meski awalnya muncul penolakan, mau tidak mau kita mesti menerima itu semua dengan besar hati. Karena itu, terkadang ada yang berkata, “Relakan, terimalah dengan lapang dada, dengan hati yang ikhlas.”

Melalui bacaan Injil hari ini, Maria menjadi teladan bagaimana peristiwa yang terjadi dalam kehidupan ini mesti diterima dengan penuh iman. Iman kepercayaan kepada Allah akan membantu kita menerima kenyataan hidup dengan jernih, meskipun yang terjadi kadang kala tidak sesuai dengan yang kita harapkan. Ingatlah bahwa kehendak Allah melampaui kehendak manusia. Iman membantu kita untuk mengerti, memahami, dan akhirnya menerima kehendak Allah yang terwujud dalam aneka peristiwa. Iman membuat kita dewasa secara rohani.

Perlu dicatat, menerima dengan penuh iman dan memohon sesuatu kepada Allah bukan merupakan dua hal yang bertentangan. Memohon kepada Allah berarti kita percaya kepada-Nya. Kita percaya bahwa Allah akan menolong kita. Kita pun tidak mendikte Allah untuk memenuhi permintaan kita. Pada saat memohon, kita bersedia menerima apa pun yang diputuskan oleh-Nya.

Memohon kepada Allah dan menerima pemberian dari-Nya dengan penuh rasa syukur merupakan kekhasan kita sebagai seorang Katolik. Hidup kita berdasarkan pada iman. Dengan tulus dan gembira, mari kita terus berupaya untuk hidup seturut kehendak Allah. Semoga kehendak-Nya sungguh dan makin terjadi dalam hidup kita dan dalam dunia di sekitar kita.